Tiga Puluh Sembilan

1.2K 90 26
                                    

Senin pagi. Mobil Cakka sudah terparkir di depan rumah Shilla saat jam yang melingkar di lengan kirinya baru menunjukkan pukul 06.15. Tak sampai lima menit, gadis yang ditunggunya keluar dari rumah dan langsung membuka pintu mobil.

"Kenapa nggak bareng mereka aja?". Cakka mengawali pertanyaan ketika Shilla sudah duduk di sebelahnya.

Shilla menengok sekilas, lalu tanpa menjawab ia melempar tas sekolahnya ke kursi belakang.

"Biasa aja kali ngelemparnya", celetuk  Calls.

Shilla menghela napas panjang. "Yuk ah, jalan sekarang"

"Gue berasa jadi Pak Beni sekarang". Gerutuan pelan Cakka tak terlalu ditanggapi oleh Shilla. Gadis itu malah dengan santainya menyalakan radio lalu memejamkan mata.

Mau tak mau, Cakka langsung tancap gas.

Jduk.

"Lo kenapa sih? Nginjek gasnya kayak orang baru belajar nyetir!". Shilla memegangi dahinya yang menjadi korban benturan dengan dashboard mobil.

"Makanya seatbelt tuh dipake", balas Cakka yang kini telah mengemudi dengan normal seperti biasa.

Shilla melengos, malas melihat wajah Cakka yang kini meledeknya.

"Eh, gimana Shill?"

"Apa?"

"Lo bukannya udah baikan sama Gabriel?"

"Hmm"

"Cerita kali. Biasanya juga lo bawel"

Shilla menoleh ke arah Cakka dalam. "Lo peduli apa cuma kepo doang?"

Cakka memelankan laju mobilnya, lalu menepi sejenak. Ia membalas tatapan Shilla dan mendekatkan wajahnya.

"Apa perlakuan gue selama ini belum nunjukin kalau gue peduli?"

Shilla refleks memundurkan badannya hingga terbentur pintu mobil.

Cakka kembali ke posisinya semula. "Kita sahabatan udah lama Shill. Bahagia lo, bahagia gue juga. Sedih lo, sedih gue juga"

Shilla mengambil napas panjang sekaligus menetralkan detak jantungnya.

"Seperti yang gue bilang semalem di telpon, sabtu minggu kemarin gue udah maafan sama dia, sampe akhirnya semalem dia nginep di rumah"

Cakka masih setia menatap Shilla, menunggu gadis di sebelahnya melanjutkan cerita.

"Dia bilang udah maafin gue, tapi gue ngerasa belum biasa sama sikapnya. Terlebih dia juga belum bisa nerima mama sepenuhnya"

"Dan itu yang bikin lo nggak mau berangkat sama mereka hari ini?", sambung Cakka.

"Nggak juga sih", jawab Shilla.

"Lah, terus?"

"Gue lagi pengen berangkat bareng lo aja"

"Gue kira ada masalah genting". Cakka mendengus malas, merasa Shilla mengerjainya karena harus menjemputnya pagi-pagi.

Cakka kembali menjalankan mobilnya. Di sisi lain, Shilla tersenyum dalam hati, bersyukur mempuyai sahabat yang selalu ada seperti Cakka.

"Oh ya, Shill"

"Apa?"

"Gimana progress lo sama Alvin?"

Shilla mengerutkan keningnya.

"Bukannya kalian lagi tahap pdkt?", sambung Cakka.

"Apaan? Nggak", sanggah Shilla.

"Kasian kali, temen gue lo gantungin terus", celetuk Cakka.

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang