Dua Puluh Enam

1.2K 88 9
                                    

Via rasanya ingin mengucapkan terima kasih berkali-kali pada Ify. Pasalnya, kalau bukan karena permintaan Ify, ia mungkin tak akan diantar pulang oleh Gabriel malam ini.

Namun di sisi lain, gadis berpipi chubby itu juga heran dengan tingkah sahabatnya. Ia berpikir Ify menjalin hubungan lebih dengan Gabriel mengingat kedekatan mereka akhir-akhir ini. Tapi mengapa Ify seolah  ingin membuatnya dekat dengan lelaki jangkung berkacama itu?

Meski Via menyukai Gabriel, ia takkan setega itu untuk merebut kebagiaan Ify. Apalagi jika Gabriel memang bisa mengalihkan dunia Ify dari Alvin.

Sepanjang perjalanan, Via terus melamun memikirkan hal itu. Gabriel pun sepertinya tidak berniat membuka percakapan. Hanya suara radio dari mobil Gabriel yang menemani hening perjalanan mereka malam itu.

Via masih terdiam meski mobil Gabriel telah berhenti di depan gerbang rumahnya. Suara dehaman Gabriel membuatnya tersadar.

'Ah! Kenapa cepet banget? Kenapa malam ini jalanan nggak macet?'

"Udah sampe", suara Gabriel terdengar, memecahkan lamunan Via.

Gadis itu sedikit gelagapan dan entah kenapa tangannya begitu susah membuka seatbelt-nya. Tubuh Gabriel mendekat ke arahnya, membuatnya harus menahan napas selama beberapa detik.

"Udah"

"Eh?"

"Itu seatbelt lo udah lepas"

Via tersenyum canggung. Setelah mengucapkan terima kasih, ia langsung keluar dari mobil itu. Bukan apa-apa, ia hanya tak kuat menahan debaran jantung yang kian memburu.

***

Kini hanya ada Ify dan Shilla di ruang rawat Ify. Shilla meluruskan kakinya di sofa, sedang jemarinya sibuk bergerak di layar ponselnya.

Ify menatap Shilla sejenak. Ia teringat sesuatu yang sejak lama ingin ia tanyakan pada kakak tirinya itu.

"Kak?"

"Hmm"

"Kak Shilla?"

"Ya?"

"Liat aku ih! Jangan liat hp mulu!"

Shilla merubah posisinya menjadi duduk bersandar di sofa dan mengalihkan pandangannya pada Ify.

"Kakak udah baikan sama Bang Iel?"

Pertanyaan Ify membuat Shilla terdiam. Ify menelisik sorot mata Shilla, menunggu jawaban dari seseorang yang telah menjadi kakaknya lebih dari lima tahun ini. Cukup lama, hingga Ify bisa melihat gelengan pelan dari Shilla.

Ify tau, Shilla cukup tersiksa dengan sikap dingin Gabriel selama ini, juga dengan penolakan Gabriel yang terang-terangan dengan kehadiran Shilla dan mamanya sebagai anggota baru dalam keluarga mereka.

"Nggak ada rencana buat  baikan?"

"Kayaknya pertanyaan itu lebih tepat kalau kamu ajuin ke Gabriel deh"

Mata Ify menerawang jauh. Ia teringat kalimat yang Gabriel ucapkan malam itu di rumah pohon.

'Ada hal yang buat Bang Iel kecewa banget sama papa, lebih dari sekedar papa nikah lagi. Dan perlu kamu tau, Shilla penyebab mama pergi'

Ah, sayang Ify tak sempat mendengarnya lebih jauh karena saat itu Gabriel segera mengalihkan topik percakapan pada kenangan masa kecil mereka.

"Aku pengen denger versi kak Shilla", ucap Ify tiba-tiba.

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang