Tiga Puluh Satu

1.3K 104 4
                                    

Pagi tiba. Ify sudah bersiap dengan seragam sekolahnya. Dengan sedikit tertatih, ia berusaha menuruni anak tangga.

"Loh? Kamu mau ngapain Fy?"

Ify menoleh, lalu menatap Shilla yang baru keluar kamar dengan tatapan datar. Ia berdiam di tempat tanpa berniat menjawab.

Shilla segera menyusul Ify yang tengah berdiri di anak tangga ketiga.

"Kamu kan belum boleh sekolah dulu hari ini". Shilla memegang tangan Ify, mencoba mengajaknya kembali ke kamar.

Ify menepis tangan Shilla dan membuang pandangannya ke arah lain. Tanpa mengatakan apa-apa, ia melanjutkan langkahnya menuju ke bawah. Tak banyak yang bisa Shilla lakukan selain mengikuti Ify.

"Kamu kenapa sih Fy?". Shilla mengambil tempat duduk di depan Ify. Gadis yang ada di hadapannya itu melihat Shilla sekilas lalu kembali menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.

'Gabriel season 2 ini mah'

Shilla menatap Ify lekat, seakan menelisik sikap Ify yang seolah sedang mencipta sekat. Keduanya larut dalam hening, yang terdengar hanya suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Tak ada lagi percakapan, lebih tepatnya suara Shilla yang bicara seorang diri, sampai seseorang datang menghentikan aktivitas sarapan pagi mereka.

"Non, mobilnya sudah siap"

Itu Pak Beni, supir keluarga mereka, yang saat ini berdiri di ambang pintu.

Ify meletakkan sendok dan garpunya begitu saja, meski nasi goreng di piringnya masih belum habis setengahnya. Ia beranjak menyusul Pak Beni yang telah lebih dulu kembali ke depan. Adapun Shilla, gadis itu memandang kosong sarapannya yang baru beberapa suap masuk mulutnya lalu buru-buru menyusul Ify yang telah  meninggalkan ruang makan lebih dulu.

Shilla meraih lengan Ify dan menggandengnya. Ify berusaha menolaknya. Namun sayangnya tenaga Shilla lebih besar, hingga membuat Ify seolah pasrah saat Shilla membawanya dalam satu langkah yang sejajar.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Ify hanya memandang ke satu arah. Layar ponselnya. Ia seperti sedang menghindari komunikasi dengan Shilla, terlebih jika gadis yang duduk di sebelahnya itu memulai tanya dengan kata 'kenapa'.




***


Hari ini Via berangkat lebih pagi dari biasanya. Bukan tanpa alasan, melainkan Ify yang pagi itu menerornya saat jam yang tergantung di dinding kamarnya bahkan belum menunjukkan angka lima.

Mobilnya sampai di depan gerbang sekolah tak lama setelah Ify dan Shilla sampai di sana.

Via turun dari mobilnya dan mendapati aura kurang menyenangkan di antara Ify dan Shilla.

'Kenapa mereka berdua?'

Ify yang melihat kedatangan Via langsung melambaikan tangannya. Begitu Via sampai di hadapannya, Ify langsung menggandeng tangan Via meninggalkan Shilla yang masih dipenuhi tanya.

"Kenapa sih?", Via memiringkan kepalanya untuk melihat Ify lebih dekat.

"Nanti aja"

Via mengangguk mengerti. Ia tak akan memaksa Ify bicara, karena pada saatnya Ify akan bercerita tanpa diminta.

"Ify!", terdengar seruan dari belakang.

"Kak Rio Fy", Via menyenggol lengan Ify saat mereka berbalik ke belakang. Rio terlihat sedikit berlari menghampiri mereka.

"Eh, Ify kakinya udah sembuh? Udah bisa jalan? Jalan yuk, kapan?"

Ify sempat terbengong sebelum akhirnya menarik dua sudut bibir dan mengulas senyum tipis.

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang