Dua Puluh Empat

1.3K 79 2
                                    

Gabriel berjalan ke area gedung kelas X saat waktu menunjukkan kurang dari sepuluh menit lagi bel sekolah berbunyi.

Langkahnya berhenti di depan ruang bertuliskan X-3. Suasana kelas cukup ramai, tapi ia tak menemukan orang yang ia cari.

Gabriel menepuk-nepuk sebuah amplop di tangannya selagi matanya bergerilya. Sebuah tepukan di pundak membuatnya sontak menoleh ke belakang.

"Kalau mau nyari Ify, dia belum dateng kak. Tumben banget, biasanya dia dateng paling pagi."

Gabriel tersenyum tipis mendapati seseorang yang kini ada di hadapannya.

"Gue bukan nyari Ify kok. Gue ke sini nyari lo, Kevia"

Gabriel mengucapkan itu dengan sedikit pelan saat menyebutkan nama gadis di hadapannya.

Via kini merasakan pipinya memanas dan dadanya terasa berdesir.

"Lagian, Ify juga nggak masuk hari ini. Gue ke sini mau nitip surat izinnya. Kayaknya dia bakal absen beberapa hari", lanjut Gabriel.

Ucapan Gabriel barusan membuat hati Via mencelos. Baru saja rasanya ia diterbangkan, lalu kini jatuh tanpa aba-aba.

'Tetep aja ujung-ujungnya Ify lagi'

Gabriel menyerahkan amplop yang tadi di bawanya pada Via.

"Dia kenapa kak?"

"Ada insiden kecil kemaren"

Via manggut-manggut, tak ingin bertanya lebih lanjut. Mungkin nanti ia akan tanyakan langsung pada Ify.

"Nanti lo bisa jenguk dia nggak pulang sekolah? Nanti gue sms-in alamat rumah sakit sama kamarnya. Gue ntar nggak bisa langsung ke sana soalnya"

Via mengangguk lagi. Entah kenapa di depan Gabriel ia menjadi sulit bicara.

"Makasih ya... Kevia", Gabriel tersenyum tulus.

"Kalau gitu, gue masuk kelas dulu ya kak", pamit Via.

"Eh, bentar. Tunggu!", Gabriel menahan Via.

Via melempar tatapan 'ada apa?' pada lelaki di hadapnnya.

"Hampir lupa. Makasih ya buat ilustrasinya. Bagus. Gue suka. Kata Ify, lo yang buatin"

Setelah berkata demikian, Gabriel melenggang pergi menuju kelasnya meninggalkan Via yang kini jantungnya berdetak cepat karena ucapan Gabriel barusan.

***

Baru saja bel istirahat pertama berbunyi, Rio sudah menyeret Gabriel menuju kantin. Ia bahkan tak begitu mempedulikan Gabriel yang belum selesai membereskan buku-buku di atas mejanya.

"Asli, lo kalau lagi laper ngeselin banget Yo", Gabriel bersungut kesal.

Kini mereka duduk santai di meja kedua dari kanan pintu masuk kantin sambil menunggu pesanan datang.

"Tadi gue hampir telat Yel, jadi nggak sempet sarapan", alasan Rio.

Mata Rio melihat sekeliling. Ia melihat Via berjalan dengan seseorang memasuki kantin, tapi ia tidak tau siapa.

"Ify ke mana ya?"

Gabriel menatap Rio. Pemuda di hadapannya ini masih sibuk mengabsen pengunjung kantin.

"Lo serius sama Ify Yo?"

"iyalah"

Seketika Rio menghadap Gabriel. Pemuda itu tersenyum sumringah saat mengingat sesuatu yang ingin ia katakan pada Gabriel.

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang