Enam Belas

1.7K 85 1
                                    

Liburan semester hampir berakhir. Demi memanfaatkan waktu libur yang tinggal menghitung hari, Via mengajak Ify pergi. Sebetulnya, Ify lebih suka berdiam di rumah daripada harus berjalan-jalan keluar. Namun, dengan berbagai rayuan yang disisipi paksaan dari Via, akhirnya gadis itu ikut juga.

Via mengajaknya mengitari toko sepatu. Gadis berpipi chubby itu bilang ingin mencari sneakers baru. Ify menghela napas pasrah saat mereka memasuki toko kelima dan Via belum juga menemukan sepatu yang dicarinya.

"Lo kayak anak SD tau nggak", celetuk Ify saat melihat Via mengambil dua buah sepatu dan membandingkannya.

"Kenapa?"

"Semester baru beli sepatu baru", seloroh Ify.

Via mengerucutkan bibirnya lalu meletakkan dua sepatu yang tadi dipengannya dan kembali melihat-lihat deretan sepatu di hadapannya. Ify yang mulai bosan memilih berkeliling. Tak sengaja matanya menangkap sepasang sepatu yang ia rasa pas untuk seseorang. Kakinya melenggang ke sana.

Setelah lama memilih, Via akhirnya menjatuhkan pilihannya pada dua sepatu. Gadis itu bingung memilih antara keduanya.

"Fy, menurut lo bagusan yang ma—", Via menoleh ke belakang tapi tak mendapati Ify ada di sana.

Via menyapukan pandangannya ke sekeliling toko. Ke mana Ify pergi? Via mengitari toko sepatu itu dan menemukan Ify dengan sepasang sepatu basket di tangannya.

"Lo mau beli itu?"

Ify terperanjat. Gadis itu mengurut dadanya. Ia terkejut dengan kehadiran Via yang tiba-tiba.

"Sejak kapan lo di situ?"

"Sejak lo ngelamun sambil ngeliatin tuh sepatu", Via menunjuk sepatu di tangan Ify dengan dagunya.

"Bagus nggak?", tanya Ify sambil menunjukkan sepasang sepatu basket di tangannya.

"Buat siapa?", selidik Via.

"Sini gue bisikin"

Via mendekatkan telinganya. Sesaat kemudian matanya membulat mendengar penuturan Ify.

"Lengkapnya gue ceritain di rumah Vi"

Via mengangguk saja. Sedetik kemudian, ia kembali ingat pada tujuan awalnya datang ke toko tersebut. Gadis itu menarik lengan Ify, mengajaknya kembali ke tempat ia menemukan dua sepatu pilihannya.

***

"Asli, lo ngeselin banget Vin!"

Cakka bersungut kesal karena Alvin mengganggu tidur siangnya hanya untuk latihan basket. Matanya masih terasa berat. Kakinya bahkan enggan untuk turun dari tempat tidur.

Rencananya Cakka akan menghabiskan waktu untuk mengistiratakan diri hari itu. Perjalanan ke Anyer bersama Shilla masih menyisakan pegal-pegal di badannya meski sudah beberapa hari berlalu.

Alvin meringis tanpa menunjukkan rasa bersalah. Pemuda itu malah dengan santai melemparkan bola ke arah Cakka agar segera bangun dan mencuci muka.

"Liburan udah mau abis. Lo nggak lupa kan ada seleksi kapten basket baru?"

"Iya, tapi nggak siang bolong gini juga Vin latihannya. Lo nggak liat sekarang jam berapa? Matahari lagi nyegat banget tuh", Cakka beringsut dari tempat tidurnya dan berjalan gontai ke kamar mandi.

Seketika Alvin melirik jam dinding di kamar Cakka lalu melongokkan kepalanya ke luar jendela.

"Jam 1 siang. Pantes gerah banget"

Cakka keluar kamar mandi dengan wajah lebih segar. Ia mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu dan mengelap wajahnya. Pemuda itu lantas menarik kursi belajarnya dan langsung menyandarkan tubuhnya di sana. Sementara Alvin masih nyaman duduk di karpet sambil meluruskan kaki.

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang