Empat Puluh Enam

946 72 17
                                    

"Ify banguuun!"

Itu adalah teriakan kesembilan Shilla pagi itu. Ify, yang sedari tadi namanya diteriakkan oleh Shilla, memilih mengambil bantal di sebelahnya untuk menutup telinga. Selanjutnya, selimut tebal yang sempat ditarik oleh Shilla, ia naikkan kembali hingga menutupi kepala. Sungguh, ia tak ingin Minggu paginya diganggu kali ini.

"Bangun iiiih".

Shilla masih belum menyerah. Tangannya kini bergerak menarik kaki Ify hingga hampir sampai ke ujung ranjang.

Street

"Aaargh"

Gerakan Shilla terhenti saat mendengar erangan Ify. Diliputi rasa penasaran, Shilla membuka selimut yang menutupi tubuh Ify dan menyingkirkan bantal dari kepalanya.

"Eh, kenapa?". Shilla tersentak kaget saat mendapati ada air mata di sudut mata Ify.

"Sakiiiit", keluh Ify.

Shilla segera bergeser ke bawah. Matanya langsung tertuju pada kaki Ify yang sempat ditariknya tadi. Gadis itu meringis dengan wajah menyesal sembari meminta maaf pada Ify.

"Udah ah! Aku mau tidur lagi", ujar Ify.

"Eh, baru juga mau ngajak olahraga bareng", cegah Shilla saat Ify akan kembali merebahkan tubuhnya.

"Kaki aku kan masih sakit. Eh, pake ditarik segala. Kan tambah sakit", kesal Ify.

"Ya maaf", sesal Shilla. Gadis itu menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Aku maafin tapi ada syaratnya", ucap Ify sambil membenarkan posisi duduknya menjadi bersandar.

"Apa? Jangan aneh-aneh!"

Ify menahan senyumnya agar Shilla tak melihatnya. Gadis itu menatap ke atas sambil berpikir.

"Apa? Lama deh"

"Sabar dong. Mau dimaafin nggak?"

"Kok jadi ngancem sih?"

"Kok jadi kak Shilla yang kesel sih?"

Di tengah perdebatan itu, terdengar suara pintu kamar Ify diketuk. Keduanya lantas menoleh. Di balik pintu terlihat Bi Ina membawa sebuah kotak persegi berukuran sedang.

"Itu apa Bi?", tanya Shilla.

"Tadi ada ojek online yang nganterin. Katanya buat non Ify", jawab Bi Ina sambil menyerahkan kotak yang dibawanya.

Setelah Ify mengucapkan terima kasih, Bi Ina pamit keluar dan meninggalkan Ify dan Shilla yang kini saling menatap. Shilla mengindikkan bahunya tanda tak tahu apa-apa.

"Buka coba", usul Shilla yang penasaran.

Ify menatap kotak di tangannya dengan ragu. "Kok aku takut ya? Jangan-jangan, isinya aneh-aneh lagi".

"Penakut banget sih. Sini deh". Shilla mengambil alih kotak di pangkuan Ify.

Ify melihat seksama saat Shilla mulai membuka kotak itu perlahan. Matanya sedikit memicing takut-takut isi di dalamnya di luar ekspektasi.

"Wiiih cokelat!", seru Shilla.

"Dari siapa kak?", tanya Ify yang kini ikut melihat ke dalam kotak itu.

Shilla mencari-cari sesuatu di dalam kotak tersebut. Barangkali ada surat atau kartu ucapan yang menunjukkan identitas pengirim di dalamnya. Namun hasilnya nihil. Ia dan Ify hanya menemukan satu buah toples berisi cokelat-cokelat kecil.

Dahi Ify berkerut, "siapa yang ngirim ya?"

"Abang kamu kali", tebak Shilla.

Ify menggeleng. "Bukan ah. Kalau dia pasti nganter langsung ke sini. Ngapain nitip ke ojek online segala"

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang