Empat Puluh Dua

935 77 34
                                    

Via langsung meloncat turun dari motor ketika sang ojek online menghentikan kendaraannya di depan gedung perkantoran. Setelah memberikan selembar uang duapuluh ribuan, ia bergegas menuju lobi gedung di depannya. Langkahnya yang terburu membuatnya tak begitu memperhatikan jalan hingga menabrak seseorang.

Via mendongak, menatap seseorang yang lebih tinggi di hadapannya. Orang tersebut hanya geleng-geleng kepala sambil berkacang pinggang.

"Eh, kak Iel!"

"Kok kamu di sini?"

Bukannya langsung menjawab, Via malah menunjuk ojek online yang sedang merapikan helm dan bersiap pergi.

"Itu ojek pesenan Ify", jawab Via yang terasa tidak nyambung.

"Ya terus?", tanya Gabriel tak mengerti.

"Tadi Ify pesen ojek karena mau nyusul kak Iel ke sini. Terus, abis itu ada motor berhenti di depan rumah, orangnya pake jaket item dan Ify langsung naik aja. Eh, nggak lama ada abang ojek yang tadi dateng. Jadi, tadi tadi Ify pergi sama siapa dong?", cerita Via panjang lebar. Raut wajahnya terlihat panik.

Gabriel terdiam sebentar seolah sedang berpikir.

"Ooh..."

Via mendelik, menatap Gabriel heran. Bagaimana bisa pemuda ini bisa sesantai itu dan hanya meresponnya seperti itu.

"Iih, kak Iel!", kesal Via sambil menggoyang-goyangkan lengan kiri Gabriel.

"Tadi itu Alvin izin pengen ngajak Ify main ke rumahnya. Aku bilang aja dia lagi di rumah kamu, dan bilang jemput aja di sana", jelas Gabriel.

***

"Kita langsung balik nih Shill?". Cakka menoleh sekilas ke arah Shilla yang duduk di samping kursi kemudi.

Shilla mengangkat bahunya.

"Terserah"

Cakka berdecak pelan. "Tau nggak Shill, jawaban lo itu singkat, padat, dan nggak jelas"

"Ya terserah lo aja, Cak"

"Ya udah, gue anter lo langsung ke rumah", ucap Cakka bersiap melajukan mobilnya meninggalkan parkiran sekolah.

"Tapi di rumah sepi Cak, Ify ke rumah Via katanya, papa mama belum pulang"

"Yaudah, nonton aja gimana?", tawar Cakka.

"Nggak ada film seru minggu ini", jawab Shilla malas.

"Kita makan di food court aja deh"

"Kan tadi abis makan siang di kantin. Masih kenyang ah gue", tolak Shilla.

Cakka menatap Shilla kesal, "Jadi lo maunya ke mana?"

"Gue bingung. Terserah lo aja deh"

Cakka melirik Shilla. Kenapa ia bisa bersama gadis menyebalkan ini? Tanpa berniat mengajukan penawaran lagi, Cakka kembali fokus pada jalanan yang tak begitu ramai di depannya.

"Jadi, kita ke mana?", Shilla balik mengajukan pertanyaan.

"Terserah gue"

Setelah mendapat serangan balik dari Cakka, Shilla memilih diam dan menunggu ke mana pemuda ini membawanya pergi.

"Kenapa lo manyun?", tegur Cakka.

Shilla menoleh dengan tatapan bertanya. Dahinya sedikit berkerut. "Gue nggak manyun"

"Tapi bibir lo maju 2 cm"

"Dari mana lo tau? Dari tadi aja lo liat ke depan", kilah Shilla.

Cakka berdecak pelan. "Saking majunya tuh bibir, gue lirik bentar dari samping aja langsung keliatan"

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang