Lima Belas

1.7K 99 2
                                    

Ify meletakkan ranselnya di sisi kiri ranjang Via. Ransel itu nampak penuh. Entah apa saja yang Ify masukkan di dalamnya. Via mengernyit heran. Dua alis tebalnya bahkan hampir menyatu. Dilihatnya Ify mulai membongkar isi ranselnya. Gadis itu mengeluarkan benda-benda yang membuat kepala Via makin dipenuhi tanda tanya.

“Ngapain bawa itu semua? Lo cuma nginep, bukan pindahan”, Via geleng-geleng kepala melihat kelakuan Ify.

Beberapa barang pribadi dari kamarnya dibawa olehnya. Via tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Untuk apa dia bawa baju sebanyak itu? Padahal ia bisa saja pakai punya Via. Lalu apa ini? Batal leher doraemon? Lampu tidur? Bahkan sabun mandi? Astaga Ify!

Ify hanya nyengir memamerkan deretan gigi putihnya. Gadis itu menata barang-barang yang tadi ia bawa di kamar Via, menjadikannya seolah kamarnya sendiri.

“Ini...”, ujarnya sambil menunjuk lampu tidur berbentuk kepala doraemon, “biar kita nggak berantem pas malem-malem”, lanjutnya.

“Hah?”

“Lo selalu matiin lampu pas mau tidur, sedangkan gue takut gelap. Jadi, gue bawa lampu tidur sendiri. Tenang, cahayanya redup kok, jadi lo bisa tetep tidur dengan nyenyak”, jelas Ify.

Ify, gadis itu selalu mempersiapkan segala sesuatu sempurna. Bahkan pada hal-hal kecil sekalipun. Sebenarnya, Via tak keberatan jika harus tidur dengan lampu menyala. Toh, dia akan tetap bisa tidur meski ada cahaya.

“Terus ini apa? Sabun mandi? Lo kan bisa pake punya gue, Ify...”, ujar Via gemas. Ia mengambil sebuah botol di samping Ify.

Ify menggaruk-garuk tengkuknya. “Itu... Gue suka wanginya. Baru gue beli kemaren dan belum sempet gue coba, jadi gue bawa deh”. Via menepuk jidatnya.

***

Shilla berlari kecil menuju ruang tamu setelah mendengar ketukan pintu beberapa kali. Wajahnya nampak terkejut setelah melihat siapa yang datang. Terlebih tamunya ini membawa sebuket bunga.

“Eh?”

Pemuda di hadapannya hanya melemparkan sebuah senyum.

“Gue nggak disuruh masuk nih?”

Shilla sampai lupa bahwa dari tadi mereka masih berdiri di depan pintu. Gadis itu mundur beberapa langkah dan mempersilakan pemuda itu masuk.

“Duduk dulu Vin”

Shilla kembali berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Baru beberapa langkah, ia berhenti.

“Eh, tapi Ify lagi nggak ada Vin”

Seketika Alvin tersenyum kecut. Kenapa Ify? Dia ke sini untuk Shilla.

Bebebapa saat berlalu, Shilla kembali membawa dua gelas jus jeruk dan setoples kue kering.

“Bunga itu...”

“Buat lo”, sahut Alvin cepat.

“Eh?”

Alvin menyerahkan sebuket bunga yang tadi dibawanya pada Shilla. Gadis itu masih setengah bingung menerimanya.

“Karena Ify nggak ada, jadi bunganya buat gue?”, tanya Shilla sambil terkekeh kecil.

Alvin bingung harus menjelaskannya seperti apa. Bagaimana caranya untuk mengawali?  Kenapa Shilla terus-terusan membahas Ify?

***

Ify mengerucutkan bibirnya saat melihat Via mengobrak-abrik rak DVD di samping meja belajar. Ia sudah bisa menebak, bahwa malam ini sahabatnya itu akan kembali mengajaknya menonton drama korea.

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang