1. First Meet

32.5K 371 9
                                    

Warning 21+ buat yang belum cukup umur, silahkan mundur teratur, resiko ditanggung penumpang.
Kuy baca

"Dava Amalia! Sudah berkali-kali kan bapak bilang, jangan datang terlambat!"

"Iya iya pak, saya tau! Tadi udah usaha datang pagi kok."

"Usaha dari mananya?" 

"Iya pak iya, ntar saya nginep di sekolah deh biar nggak telat lagi." 

Aku berjalan santai keluar dari ruang guru, orang yang marah-marah barusan adalah wali kelasku, pak Rama.
Aku menghela nafas sejenak lalu melanjutkan perjalananku ke ruang kelas yang ada di ujung koridor sekolah. Nasib anak kelas 1, ruang kelasnya pasti ada di pojokan.

"Va, kena omel lagi Lo?" Aku hanya mengangguk santai ketika Bian datang menghampiriku yang sepertinya dia baru saja dari kantin, lihat saja wajah bahagianya itu. 

"Lo tuh ya, nggak bosen apa tiap hari dimarahin pak Rama." 

"Ya gimana Bi, semalam gue lupa bawa seragam, jadi tadi pulang ke rumah dulu ambil seragam."

"Lo nginep lagi semalam? Sama siapa?" Aku hanya mengangkat kedua bahuku menanggapi pertanyaannya. 

"Lo ya Va, susah bener dibilangin." 

"Iya Bi iya, gue bersih kok," sahutku malas

***

"Mmmhh Yan... Kita masih... Aaahhhhh."

"Sssst... Va.. bentar doang." 

"Dava... Ryan... Bisa kalian udahan sekarang?" Aku hanya bisa mendesah kecewa ketika lagi-lagi Bian muncul dan menghentikan aktivitasku dengan Ryan.

"Kalo aja lu bukan sahabatnya Dava ya, udah lama lu gue buang ke laut,"sewot Ryan dan yang bersangkutan hanya memasang wajah konyolnya.

"Va... Gue cabut ya," pamitnya sambil mengecup leherku singkat. 

"Harus yaa Lo ciumnya disitu," omel Bian yang membuat kami berdua justru tergelak. 

"Yuk aah masuk kelas," ajakku sambil merapikan seragamku yang sempat berantakan karena ulah kami tadi. 

"Lo udah pacaran sama Ryan?" tanya Bian.

"Pacaran? Ya nggak lah Bi," jawabku cepat.

Tidak ada kata pacaran dalam kamus hidupku,  bagiku laki-laki hanya sebagai pemuasku saja. Katakanlah aku jalang, bitch, atau pelacur sekalipun, aku tak peduli tooh semua ini terasa menyenangkan bagiku.

"Eh gimana tugas kelompok Lo? Udah kelar?" tanya Bian saat kami sudah duduk di bangku kami, pada awalnya kami duduk sebangku, tapi karena guru terlalu sering menegur kami akhirnya kami harus duduk terpisah. Ahhh namanya adalah Bian Kristanto, dia adalah sahabatku dari kecil, hanya Bian dan cuma Bian temanku di sekolah, yang lain? Aku kenal mereka, tapi hanya sekedar kenal, tidak lebih.

"Terakhir gue lihat di grup WhatsApp sih mereka masih bingung nyari objek foto."

"Bantuin napa, Lo kan paling pintar kalo nyari lokasi."

"Lo pake lokasi dimana?"

"Gue pake pasar tradisional, lumayan lah." Aku hanya ber oh ria mendengarkan jawabannya.

"Udeeee Lo bantuin mereka deh."

Mataku masih asik membaca aktivitas percakapan di grup chat yang mereka buat. Untuk murid-murid jurusan multimedia seperti kami, tugas fotografi seperti ini memang sering kami dapat di akhir semester, biasanya nanti kami akan membuat pameran di aula sekolah. Sialnya aku terpisah dengan Bian sehingga aku pun jadi malas-malasan untuk bergabung dengan mereka.

Love Is Another Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang