32. Menyerah pada takdir

4.2K 174 33
                                    

Aku lelah... Aku sudah berjuang keras... Aku sudah berusaha untuk bertahan tapi pada akhirnya aku tetap kalah.
Kumohon... Sedikit lagi... Beri aku waktu... Sedikit lagi...
Kumohon...
Kumohon...
Kumohon...

Dava's POV

Aku mengerang saat kurasakan usapan di kepalaku, aku mengangkat kepalaku yang sempat tertidur.

"Carel?",iya, yang barusan mengelus kepalaku adalah Carel

"Pagi",sapanya sambil tersenyum, senyum yang sudah lama kurindukan

"Kamu baik-baik aja?",tanyaku pelan

"Jauh lebih baik",jawabnya lagi

Suatu keajaiban terjadi, ketika dokter mengatakan bahwa tidak ada harapan lagi untuk Carel, pagi ini justru dia sudah kembali membuka matanya. Hari ini kami semua berkumpul di rumah sakit, bahkan om Jimmy dan kak Nares tidak masuk kerja, begitu juga dengan aku dan Bian, kami mendapat izin untuk bolos sekolah.

"Mmm ayah, Carel pingin ke pantai",hening... Kami semua terdiam mendengar permintaan Carel barusan

"Rel, tunggu kamu baikan dulu ya",bujuk kak Rena, tidak seperti biasa, bukannya ngotot dan keras kepala Carel malah tersenyum lembut

"Aku udah sehat kok kak, bahkan kurasa sekarang kedua kakiku bisa dipakai berjalan",Carel menahan tangan Bian yang hendak membantunya turun dari ranjang, dan sekarang Carel sudah berdiri dengan kedua kakinya

"See? Carel baik-baik aja",ucapnya yang membuat kami masih terdiam, entah kenapa melihatnya seperti itu malah membuat perasaanku tidak enak

"Carel... Kamu...

"Carel baik-baik aja kak, please... Kali ini aja, Carel pingin pergi ke pantai",pintanya yang memotong perkataan kak Nares, sejenak kak Nares dan om Jimmy tampak bertatapan sejenak sampai akhirnya om Jimmy menghela nafas panjang

"Baiklah, kita pergi semua",putusnya yang membuat Carel bersorak girang sampai-sampai dia kehilangan keseimbangan, beruntung kak Darren sempat menahan tubuhnya hingga Carel tidak terjatuh ke lantai.

"Rel, hati-hati dong ahh",omel Bian dan Carel hanya terkekeh
.
.
.

"Kak, Carel mau itu! Itu! Itu juga! Yang itu juga kak",aku hanya berjalan patuh di belakang kak Nares yang tampak kewalahan menuruti kemauan Carel. Tadi di perjalanan dia minta ke supermarket untuk beli cemilan, dan kali ini trolinya sudah cukup penuh dengan makanan ringan, bahkan rata-rata makanan ini adalah makanan yang tidak boleh dimakan olehnya.

"Rel, kamu yakin baik-baik aja kalau makan semua ini?",tanyaku cemas

"Nggak masalah Va",jawab Carel sumringah

"Hehe",kak Nares tiba-tiba saja terkekeh

"Kenapa kak?",tanyaku bingung

"Tiba-tiba aja kakak teringat, dulu waktu Carel kecil, dia selalu minta diajak belanja seperti ini kalau kakak pulang kuliah. Dia bakal keliling supermarket untuk memilih semua yang dia mau",kulihat Carel hanya terdiam dengan wajah yang bersemu merah membuat kami berdua sama-sama terkekeh

Sebenarnya agak cemas juga saat melihat Carel yang tiba-tiba jadi lebih riang seakan-akan dia baik-baik saja. Sepanjang jalan aku hanya memperhatikan Carel yang sibuk dengan celotehannya. Dia bilang pingin main air, main pasir, main bola dan juga mengambil banyak foto bersama. Kami menggunakan mobil milik kak Nares yang memang cukup besar untuk menampung om Jimmy, kak Darren, Bian, Carel, kak Rena dan aku, tentu saja kak Nares yang menyetir. 

Love Is Another Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang