14. Kabar Buruk

4.6K 141 4
                                    

"Mobil yang dikendarai nyonya mengalami masalah pada rem nya dan saat itu nyonya yang sedang buru-buru ke bandara harus banting setir menabrak pohon karena menghindari anak kecil yang lari ke jalan. Sekarang dia ada di rumah sakit ini, Nares dan Darren juga sudah datang, pak Jimmy masih dalam perjalanan dari Bandung"

Aku terdiam menatap kedua kakakku yang sedang duduk diam di ruang tunggu, aku lalu mendekati kak Nares yang sudah terlihat kalut.

"Kak?",panggilku pelan, kak Nares tersenyum padaku

"Hey boy, duduklah!",suruhnya sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya

Aku menatap pintu yang tertutup di depanku itu, apa bunda ada di dalam situ?

"Bunda masih menjalani operasi kecil, dia pasti baik-baik saja!",kak Nares menenangkan, aku menatap kak Darren yang sedang tertunduk di kursi yang berada tidak jauh dariku

"Kak Darren?",

"Jangan bicara padaku!",aku terdiam mendengar ucapan kerasnya, aku menoleh melihat kak Nares yang sudah tersenyum sambil menepuk puncak kepalaku, rasanya aneh, seperti ada yang mereka sembunyikan dariku.
.
.
.

"Azka, bawa Carel makan malam!",suruh ayah, sekarang sudah jam 8 malam dan operasi bunda belum juga selesai

"Carel mau tunggu bunda yah!",sahutku

"Jangan melawan Rel!",tegur kak Darren

"Rel, nurut ya!",suruh kak Nares pelan, akhirnya mau nggak mau aku harus mengikuti kak Azka yang sudah lebih dulu berjalan di depanku

Aku diam menatap kak Azka yang asik meminum black coffee miliknya, rasanya aneh, pasti ada yang mereka sembunyikan tentang keadaan bunda.

"Kau mau menatapku sampai kapan?",tanya kak Azka sambil tetap kalem menikmati minumannya

"Gimana keadaan bunda yang sebenarnya? Pasti ada yang kalian sembunyikan dariku kan?",

"Tidak!",

"Aku sudah besar kak! Sampai kapan kalian mau memperlakukanku seperti anak kecil, aku---

"Nyawanya sulit untuk ditolong, benturan hebat yang dialaminya membuatnya mengalami pendarahan di otak dan paru-paru! Hanya keajaiban saja yang bisa menyelamatkannya saat ini!",aku terdiam mendengar penjelasan kak Azka, lalu kenapa aku nggak boleh tau? Aku juga anak bunda. Kak Azka menarik tanganku saat aku mau berdiri

"Lepas kak!",suruhku galak

"Jangan kesana!",suruhnya galak, tapi itu tidak berarti, aku sangat keras kepala kan, aku menghempas tangan Kak Azka dan berlari cepat kembali ke ruang operasi dan disitu pintu sudah terbuka, suasana riuh, ketiga pria itu juga udah nggak ada. Aku berjalan pelan memasuki ruangan dan disitu ada kedua kakakku yang sedang berdiri di sudut ruangan sedangkan ayah memeluk tubuh bunda yang sedang tertidur itu.

"Kak?",panggilku lirih, kak Nares lalu menghampiriku dan memeluk tubuhku

"Semua baik-baik aja, kita pasti baik-baik aja!",mataku masih menatap tubuh bunda yang masih tertidur pulas

"Bunda tidur kan kak?",tanyaku polos dan kak Nares memelukku makin erat, kulihat kak Darren hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.

Love Is Another Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang