2. Tugas Kelompok

20.8K 241 1
                                    

"Bima bantuin gue dong!",

"Duuuhh rempong banget siih Lo!",

"Berisik ahh kalian berdua!",

"Va.... Muka kamu pucat, sakit?",tanya Carel yang saat itu memang sedang mengamatiku entah untuk apa

"Kurang tidur doang!",jawabku singkat, aku masih fokus membidik kameraku pada pemandangan di depanku, sebuah permukiman kumuh di sekitar rel kereta api, banyak anak-anak yang bermain di pinggiran rel, tidak takutkah mereka kalau kereta api bisa lewat kapanpun. Belum lagi penduduk yang lain yang tampak sibuk dengan aktifitasnya masing-masing

"Dava... Gue udah ngambil beberapa foto niih pake kamera polaroid!",lapor si Raja yang memang kusuruh untuk mengambil gambar menggunakan kamera polaroid milikku

"Yang di rel kereta api kurang fokus Ja! Take lagi ya!",pintaku yang dibalas acungan jempol olehnya dan segera pergi meninggalkan kami berdua

"Nih, dilihat dulu!",aku mengambil kamera milik Carel, hmmm lumayan hasil jepretannya tapi masih kurang fokus untuk objek yang bergerak

"Lumayan!",pujiku sambil mengembalikan kameranya dan melanjutkan aktifitas memotretku

"Kamu keren kalo lagi pegang kamera!",kurasakan tiba-tiba wajahku memanas karena perkataan Carel barusan, bahkan mungkin sekarang udah memerah

"Apaan siih Lo Rel!",sewotku

"Apalagi kalo blushing kayak gitu!",duuuhh wajah ini makin panas rasanya

Aktifitas kami harus terhenti karena hujan yang mendadak turun dengan sangat deras, aku memeluk diriku sendiri karena rasa dingin yang serasa menusuk hingga tulang.

"Nih pake!",kurasakan hangat pada tubuhku saat Carel memakaikan kemeja flanel miliknya di tubuh kecilku

"Gue masih tahan dingin kok!",Carel menahan tanganku saat hendak membuka kemeja miliknya

"Daleman kamu keliatan, jadi harus ditutup!",bisiknya, yaahh tadi aku sempat kehujanan karena posisiku yang agak jauh dari sini, dan kaos putihku pun seketika jadi transparan menampilkan bra hitam milikku, ini pertama kalinya aku merasa berharga sebagai seorang perempuan karena biasanya orang-orang justru akan senang melihat keadaanku yang seperti sekarang ini.

***

"Lo darimana aja Va, 2 hari nggak pulang!",

"Biasa!",

"Lo nginep sama cowok-cowok nggak jelas lagi? Lo mau sampe kapan jadi cewek liar kayak gini?",

"Bukan urusan Lo kak!",

"Va!! Gue kakak Lo! Dan gue...

"I don't care! Gini ya kak Davin! Kita udah besar, so? Gue rasa kita udah bisa ngurus diri masing-masing!",

BRAKK!!!

Aku menutup pintu kamarku dengan keras hingga menimbulkan dentuman yang cukup kencang.

"Siaaaal!!!!!",jeritku sambil meninju tembok di depanku hingga meninggalkan bercak-bercak merah, tak kupedulikan rasa nyeri di buku-buku jariku karena darah yang keluar. Aku masih sibuk menetralkan nafasku, berusaha meredam amarahku.

"Huwaaaaaaa!!!",aku menjerit lagi sambil menghantam cermin besar di hadapanku hingga hancur berkeping-keping, dalam sekejap tangan kananku sudah penuh dengan darah

"Ma.. mama...",aku terisak menatap darah yang mengalir dari buku-buku jariku

TOK! TOK!

"Dava? Lo di dalam?",suara Bian dari depan kamar, tak perlu kujawab karena seperti biasa, Bian akan masuk sendiri ke dalam sambil membawa kotak P3K mini di tangannya.

Love Is Another Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang