21. Sahabat

4.6K 166 8
                                    

Warning 21+

Dava's POV

Aku melingkarkan kedua tanganku di leher Bian, kepalaku mendongak ketika Bian mendaratkan lidah basahnya di leher jenjangku.

"Ahhhh Bi...",sebuah erangan berhasil lolos dari bibirku saat tangan Bian menelusup ke punggungku dan dengan lihainya dia membuka pengait bra ku 

"Hentikan gue sekarang Va kalo Lo emang nggak mau lanjut!",kata Bian serak, tapi bukannya menghentikan, aku justru menarik tengkuknya dan kembali melumat bibirnya yang baru kusadari terasa sangat lembut. Bian lalu memperdalam ciumannya, aku membuka sedikit bibirku, mengizinkan lidah Bian menyapa rongga mulutku. Tubuhku meremang ketika sebelah tangan Bian mulai menyentuh sebelah payudaraku dengan sangat lembut

"Ahhhh Bi....",

"Ya Dava.... Sebut nama gue!",aku mengerang ketika lidah Bian bermain di puncak payudaraku, tubuhku makin menggelinjang ketika tangannya sudah merambat turun ke area pribadiku, entah sejak kapan tubuh kami sudah sama-sama polos.

"Ahhhh....",erangan kembali lolos dari mulutku ketika jari-jari Bian menari di dalam intiku

"Lo basah banget Va!",desis Bian sambil kembali menghisap putingku dengan rakusnya sedangkan tangannya semakin kencang mengocok daerah sensitifku yang sudah makin basah itu.

"Bi,,, gue!",aku tidak mampu melanjutkan kata-kataku lagi, aku meremas rambut Bian makin kencang, tubuhku melengkung merasakan kenikmatan ketika Bian menambahkan 1 jarinya dan mempercepat gerakan jarinya di dalamku

"Akkkhhh Biannnnn!",aku berteriak panjang ketika aku mencapai orgasmeku yang pertama

"Bi... Gue... Ahhhhh!!!",aku menjerit tertahan ketika Bian memasukkan miliknya ke dalamku yang membuatku terasa penuh, Bian kembali melumat bibirku lagi dan memelukku erat. Aku memejamkan mataku sambil meremas rambutnya saat kurasakan benda tumpul itu bergerak keluar masuk di dalam kewanitaanku.

Suara erangan dan desahan terus keluar dari bibirku saat Bian makin kencang menggoyangkan pinggulnya. Gerakan Bian makin cepat dan intens, ruangan ini hanya penuh dengan suara desahan kami berdua. Gerakan Bian makin kencang ketika kurasakan miliknya berdenyut-denyut. Kami menjerit dan melenguh panjang ketika sama-sama sampai puncak.
Tubuh Bian ambruk di atas tubuhku, kepalanya berada di ceruk leherku, kami sama-sama diam, nafas kami tersengal-sengal. Tiba-tiba Bian memeluk tubuhku erat, bahunya bergetar dan kudengar sebuah isakan lolos dari mulutnya

"Bi... Lo...",Bian mempererat pelukannya saat aku hendak melepaskan pelukannya,akhirnya aku hanya bisa diam sambil memeluknya, menungguinya hingga tangisannya reda.
.
.
.

Aku diam menatap wajah Bian yang masih tertidur pulas, setetes air mata jatuh mengalir di pipiku saat aku teringat dengan apa yang kami lakukan semalam. Bertahun-tahun kami bersama dan akhirnya kami melakukan hal itu, hal yang selama ini kami hindari. Kurasakan dadaku sangat sesak, secara nggak langsung aku sudah menjadikan Bian sebagai tempat pelarian. Aku benar-benar ngerasa jahat padanya.

"Jangan liatin gue terus Va!",kata Bian masih dengan mata yang terpejam

"Sorry Bi!",kataku lirih, Bian lalu membuka matanya dan beranjak duduk, hatiku mencelos saat aku melihat mata Bian yang tampak sangat terluka, kenapa? Apa yang membuat matanya seperti itu?

"Bi? Lo baik-baik aja?",tanyaku pelan

"Gue boleh peluk Lo Va?",tanyanya, tanpa menjawab aku langsung menarik tangannya dan merengkuh tubuhnya. Aku merasakan rasa putus asa yang besar melalu tubuhnya, pelukannya menyiratkan sebuah keputusasaan yang sangat dalam dan aku nggak tau kenapa.

***

Carel's POV

Bian : Gimana keadaan Lo Rel? Udah seminggu Lo nggak sekolah

Love Is Another Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang