18. Keputusan berat

3.8K 169 6
                                    

*flashback*

"Putus? Kamu becanda kan rel?",

"Maaf Va, aku serius!",aku buru-buru keluar dari mobil Dava

"Rel tunggu!",serunya yang sudah berlari menyusulku keluar dari mobil

"Maksud kamu apa sih Rel? Salah aku apa?",tanyanya menuntut, Dava menahan tanganku saat aku hendak pergi

"Kamu nggak salah Va... Takdir yang memaksa aku untuk begini!",

"Jangan bawa-bawa takdir Rel! Kamu baru aja bilang cinta tapi disaat yang bersamaan kamu juga ngehancurin cinta itu!",aku melepaskan genggaman tangan Dava dengan agak kasar

"Kamu tau kalau jembatan yang dibangun dengan konstruksi yang asal-asalan bisa membuat jembatan itu tidak berumur panjang! Sama dengan hubungan kita, pondasi yang lemah akan menghancurkan hubungan kita dengan sangat mudah!",kataku, please Dava, jangan paksa aku buat menyakitimu lebih dalam lagi

"Gue kira Lo beda Rel! Gue kira Lo bakal jadi yang pertama dan terakhir buat gue!",

"We done Dava!",

***

Aku mendongakkan kepalaku, membiarkan sinar matahari pagi menyapa wajahku yang sudah sepucat mayat. 3 hari berlalu sejak aku menemui Dava dan sejak itu aku tidak masuk sekolah karena kondisiku yang menurun. Aku memakai apartemen bunda yang dibelinya khusus untuk merancang desain baru miliknya, hanya aku dan kak Nares yang tau tempat ini, jadi setidaknya aku akan aman sembunyi disini.

"Carel, ayo makan!",dan jangan lupakan kak Azka yang membantuku selama disini, dia yang menjagaku ketika aku dapat serangan

"Kak, aku pingin makan es krim!",pintaku

"Nggak boleh Rel, kamu masih demam!",kak Azka memperingatkan, kondisiku  memang tidak stabil, bahkan tadi pagi aku sempat mengalami demam tinggi. Aku terdiam menatap cream soup di depanku, aku bosan dengan makanan seperti ini

"Makan dulu cream soup itu, baru aku akan mengajakmu makan es krim!",mataku berbinar ketika mendengar ucapan kak Azka barusan, aku pun segera melahap makananku dengan semangat

"Dasar bocah!",kekehnya sambil mengacak puncak kepalaku, satu hal yang baru kusadari dari kak Azka, dia tidak kaku seperti kelihatannya, bahkan dia punya sikap yang hangat
.
.
.
"Serius kak?",tanyaku antusias

"Kita harus segera lakukan pemeriksaan dengan Nares, Darren dan om Jimmy!",jawab kak Rena

Itu artinya aku punya harapan hidup... Aku bisa sembuh, aku bisa kembali sama Dava lagi.

"Lebih baik kamu pulang sekarang dan beritahu 3 pria itu!",kata kak Rena dan kak Azka hanya tersenyum sambil menatapku, dia memang ngotot mau menemaniku check up tadi karena takut aku menyembunyikan keadaanku yang sebenarnya. Sepanjang perjalanan aku berceloteh ria, mencoba mencari kata-kata pas untuk menyampaikan tentang keadaanku pada mereka. Kulihat jam di tanganku sudah jam 6 sore, kemungkinan kak Darren sama kak Nares udah pulang.

"Rel... Bisa kau diam sebentar? Aku capek mendengar dialogmu daritadi?",aku terkekeh mendengar omelan kak Azka

"Hehe menurut kakak, mereka bakal marah gak waktu tau tentang keadaanku?",tanyaku tapi kak Azka cuma mengangkat kedua bahunya. Begitu sampai di rumah aku buru-buru turun dari mobil dan berlari ke pekarangan rumah

"Carel! Hati-hati!",seru kak Azka memperingati

"Sampe kapan kita menyembunyikan tentang jati diri Carel? Sampe dia dewasa? Sampe dia tau dari orang lain?",

Love Is Another Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang