28. Liburan

3.2K 147 13
                                    

Nares POV

"Sakit kaaakkk!!",isak Carel dalam pelukanku, sudah 2 hari ini Carel selalu tiba-tiba kesakitan, aku sudah mengajaknya untuk ke rumah sakit tapi dia selalu menolak, Rena pun begitu, dia juga menolak untuk menemui kami.

"Rel, please, kita ke rumah sakit sekarang",pintaku frustasi tapi dia masih menggeleng menolakku

"Carel baik-baik aja kak",ucapnya lirih, bisa-bisanya dia bilang dia baik-baik aja sedangkan sekarang dia masih menangis dalam pelukanku seperti ini

"Beri Carel waktu kak, Carel pasti bisa menahan sakit ini",
.
.
.
.

"Gimana keadaan Carel?",tanya Darren padaku, memang Darren, Dava dan Bian kusuruh tunggu di luar karena Carel nggak mau mereka melihat dia kesakitan

"Carel kenapa sih kak? Kenapa dia nggak mau minum obat?",tanya Dava frustasi

"Karena kami memutuskan untuk melawan rasa sakit itu",kami sama-sama menoleh ke pintu depan dan disitu ada Rena dengan wajah pucatnya, jarang sekali Rena terlihat pucat seperti itu

"Kak, Carel kenapa kak?",tanya Dava hampir menangis, Rena berjalan menghampiri kami yang masih berdiri di depan pintu kamar Carel, tangannya hendak membuka handle pintu tapi diurungkannya

"Sel kanker Carel sudah menyebar ke organ hatinya, dan itu akan sangat berbahaya pada keselamatan Carel. Kemoterapi yang dilakukannya selama ini memang membantu menghambat penyebaran sel kankernya, tapi dengan pemberian obat penghilang rasa sakit selama ini, kedua zat itu berperang di dalam tubuh Carel. Saat ini, pilihan Carel hanya 2, menghentikan kemoterapinya dengan resiko itu akan memperpendek usianya atau tetap lanjut kemoterapi dan menghentikan obat-obatan itu dengan resiko dia harus bertarung melawan rasa sakitnya sendiri",

Kulihat Bian buru-buru menangkap tubuh Dava yang luruh ke lantai, sedangkan Darren hanya terdiam dengan wajah yang memucat.

"Maaf, sudah berhari-hari ini aku mencari cara untuk menyembuhkan Carel, tapi aku belum menemukannya",

Mungkin itu yang membuat Rena tampak pucat sekarang, Rena itu kalau sudah fokus dengan sesuatu bisa lupa segalanya termasuk kesehatannya sendiri.

"Sudah malam, kalian istirahatlah, Bian tidur sama Darren di atas, Dava pakai kamar lama Carel di atas, biarkan Carel malam ini sendirian, kita sama-sama tenangkan diri dulu",ucapku, lebih baik mereka bertiga tidak bertemu Carel dulu malam ini, kesedihan mereka bisa mempengaruhi kondisi Carel. Aku lalu mengajak Rena ke kamarku, jangan berpikiran macam-macam, aku cuma mau mengajaknya bicara.

Kubiarkan saja Rena duduk di sofa sudut kamarku dan aku membuka jendela balkon kamarku.

"Kamu udah makan?",tanyaku dan Rena mengangguk

"Aku cuma capek aja Res",jawabnya, yang kusuka dari Rena meskipun dia dalam keadaan yang sangat sibuk sekalipun nggak akan lupa makan, dia bisa menjaga kondisinya meskipun dia kelelahan, mungkin karena dia dokter, jadi dia pasti tau cara menjaga kesehatan

"Kamu juga harus jaga kesehatan Res, mukamu pucat",aku tersenyum mendengar peringatan Rena

"Ren... Mengenai tranplantasi sumsum tulang belakang yang kamu ceritakan dulu, apa nggak bisa kita coba dulu padaku dan Darren?",

"Aku nggak mau kalian kecewa Res",

"Kita nggak akan tau kalo nggak dicoba Ren",

"Tapi Res...

"Nggak ada salahnya mencoba Ren",

***

Hari minggu dan hari ini aku dan Darren mengajak Carel jalan-jalan ke taman hiburan tentu saja kami mengajak Dava, Bian dan Rena. Ayah? Dia masih ada di Papua, aku memang memilih kembali ke Jakarta lebih dulu karena mencemaskan keadaan Carel. Setelah persiapan pagi yang cukup riweh karena Bian dan Dava sempat rebutan untuk naik mobil bareng Carel, akhirnya kami memutuskan pergi dengan 2 mobil. Di mobilku ada aku, Rena, dan Darren, sedangkan di mobil Bian ada Bian, Dava dan Carel. Tadinya Carel akan ikut di mobilku, tapi karena Dava dan Bian yang ributnya nggak karuan, kami pun mengalah.

Love Is Another Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang