16. Luka yang sama

4.3K 137 5
                                    

Carel's POV

*Flashback*

Hari Senin

"Rel, gimana keadaanmu?",tanya kak Rena

"Masih sakit kak!",jawabku lemas

Jauh dari perkiraan memang, seharusnya aku hanya menginap di rumah sakit semalam saja, tapi sampai hari ini aku masih terbaring disini. Aku memang sempat drop setelah melakukan pemeriksaan 2 hari yang lalu. Heyyy bayangkan kalau tubuhmu ditusuk dengan jarum yang sangat besar, bahkan itu bukan jarum sepertinya. Aku cuma bisa berbaring dalam posisi menyamping dan meringkuk seperti bayi karena punggungku masih sangat sakit.

"Kamu mau aktifkan ponselmu?",tawar kak Rena saat aku menatap ponselku yang kuletakkan di atas meja

"Nggak kak!",jawabku lemas, saat kunyalakan pasti akan sangat banyak pesan masuk dari Dava

"Nares semalam menelponku, dia bercerita kalau kamu udah 3 hari nggak pulang!",katanya dan aku cuma terdiam

"Maaf kak, aku belum bisa ngasih tau mereka!",kataku pelan

"Rel, penyakitmu ini nggak ringan, bahkan saat ini kamu sangat butuh mereka di sampingmu!",

"Aku tau kak, aku pasti kasih tau mereka kok kak!",kataku lirih, kak Rena terdiam sambil mengelus puncak kepalaku

"Minimal ada Nares disini yang menemanimu!",katanya lirih tapi aku memilih untuk bungkam, punggungku sakit sekali, belum lagi kepalaku yang sering tiba-tiba pusing

"Kapan hasil pemeriksaanku keluar?",tanyaku

"Secepatnya, aku harap setelah hasil pemeriksaan itu keluar kamu datang kesini bersama Nares!",aku memilih mengacuhkan perkataan kak Rena barusan, aku harus banyak istirahat, Dava pasti menungguku sekarang

*Flashback off*
.
.
.
Aku memarkirkan mobil kak Nares yang sudah kubawa kabur selama 4hari ini, seperti rencana awal, setelah menemui Dava aku memutuskan untuk pulang. Kali ini untuk pertama kalinya aku sama sekali tidak merasa takut untuk bertemu mereka meskipun aku baru saja melakukan kesalahan. Aku berjalan pelan memasuki rumah, punggungku masih cukup sakit jadi aku masih harus berjalan sambil pegangan pada tembok agar tidak hilang keseimbangan.

"Darimana saja kau?",tanya ayah yang sudah menungguku di ruang tamu, kak Nares dan kak Darren juga ada disitu

"Reuni yah!",jawabku santai, aku buru-buru memundurkan tubuhku saat ayah hendak menamparku

"JANGAN SAKITI CAREL LAGI!",amukku tiba-tiba yang membuat mereka bertiga terdiam

"Carel! Jaga bicaramu!",kak Darren memperingati

"Saya minta maaf karena saya salah! Tapi tolong jangan sakiti saya lagi!",kataku frustasi

"MASUK KAMAR!",kata ayah keras, aku pun segera melengos pergi, aku menatap tangga di depanku, ini akan sakit kalau aku paksakan untuk naik, tapi mau tidak mau harus aku lakukan, aku belum mau mereka tau tentang keadaanku.
.
.
.
Aku membanting tubuhku di atas ranjang yang sudah beberapa hari ini kutinggal, lega sekali rasanya bisa berbaring disini lagi.

"Rel!",aku buru-buru menutup tubuhku dengan selimut

"Napa kak?",tanyaku masih tetap dalam selimutku dengan posisi aku yang membelakangi kak Nares, kurasakan pergerakan ranjang di belakangku, sepertinya kakak sudah duduk di belakangku sekarang

"Kamu kemana aja? Ayah marah besar sekarang, kenapa kamu nggak pamit sama kakak?",tanyanya

"Carel hanya berperan sebagaimana mestinya kak, berperan sebagai orang yang "tidak ada"!",jawabku dan hening, kak Nares pun terdiam mendengar ucapanku barusan

Love Is Another Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang