2,5 Years Later
"Oke, aku akan mempraktekan salah satu koreografi baruku. Kali ini lebih ke modern dance. Setelah itu aku akan mengajari kalian."
Hee-ra tersenyum manis sambil memandang satu-persatu mata yang kelihatan serius menatap ke arahnya. Ia melirik sebentar ke arah Jong-in yang berdiri di belakang anak-anak.
Mereka telah menjelma menjadi pelatih di sanggar saat ini. Hee-ra juga telah menyelesaikan skripsi tahun lalu. Kini, gadis itu juga membantu sang ibu mengurus perusahaan.
Setelah Jong-in menekan tombol putar dan musik terdengar, Hee-ra mulai menggerakan tubuh seirama dengan nada, memberikan nyawa dan larut dalam tariannya. Flawless milik Beyoncé menjadi pilihan gadis itu. Tubuhnya bergerak luwes, namun tetap gesit dan bertenaga.
Gadis itu berhasil membuat anak didiknya berdecak kagum. Tak diragukan lagi, kemampuan Hee-ra memang jauh di atas rata-rata sebagai seorang dancer. Ia menguasai berbagai jenis tarian, mulai dari tradisional, klasik, hingga modern.
Setelah lagu selesai, Hee-ra mengakhiri gerakannya dan membungkuk. Saat itu pula tepuk tangan meriah dari murid-muridnya memecahkan suasana. Dari belakang, Jong-in mengacungkan dua jempol padanya.
Kemudian, gadis itu melanjutkan kegiatannya, mengajari anak didiknya hingga pukul lima sore. Hee-ra segera mengemasi barang setelah anak terakhir berpamitan, ia tak boleh telat pulang karena telah berjanji untuk makan malam bersama Kang So-hee.
Dilihatnya Jong-in menunggu di parkiran. Pria itu melambaikan tangannya, sontak Hee-ra langsung menghampiri.
"Mau pulang bersamaku?" tanyanya tanpa basa-basi.
Hee-ra mengangkat kunci mobil. "Aku membawa kendaraan sendiri hari ini. Mungkin lain kali."
Keduanya memang masih dekat, tapi bukan berarti Hee-ra berniat kembali dengan pria itu. Jauh dalam hatinya masih terukir nama Se-hun. Mesk sudah tak sesedih dulu, tetap saja gadis itu tak bisa berpaling atau sekadar membuka hati untuk yang lainnya.
"Baiklah." Jong-in mengangguk-anggukkan kepala. "Sampaikan salamku untuk ibumu. Katakan bahwa aku merindukannya," ujar Jong-in kemudian.
Hee-ra terkekeh pelan dan menepuk pundak Jong-in. "Traktir aku makan siang besok dan aku akan menyampaikan salammu."
"Deal!" ucapnya penuh semangat.
"Well, see you tomorrow, Kim Jong-in."
Hee-ra melambaikan tangan pada Jong-in sembari berlari ke mobil. Saat menaruh tas di jok belakang, seseorang menepuk pinggang Hee-ra. Ia berbalik dan hampir berteriak karena terkejut. Seorang anak kecil berkuncir dua menyodorkan sebuah amplop padanya.
"Seseorang memintaku untuk memberikan ini padamu," ujar anak itu.
"Untukku?" Hee-ra menerima amplopnya dan kembali berucap, "Kalau boleh tahu, siapa yang menyuruhmu, sugar?"
Anak kecil itu tersenyum lebar dan menaikkan kedua pundaknya bersamaan, kemudian berlari tanpa izin. Hee-ra berniat mengejar, namun batal karena ia lebih penasaran pada isi amplop di tangannya.
Perlahan, Hee-ra membuka amplop dalam genggamannya, terdapat kertas bewarna biru muda yang diikat dengan pita pink di bagian luar. Hee-ra mengerutkan kening. Ia membuka kertas tersebut dan membacanya dengan seksama.
"Kau tidak pernah berubah, begitupun denganku. Aku merindukanmu, sangat merindukanmu, Shin Hee-ra.
-Stephen Hayden."
KAMU SEDANG MEMBACA
Salted Wound [Sehun - OC - Kai]
FanfictionLuka yang telah tertanam sedari kecil membuat Se-hun berubah menjadi pembunuh berdarah dingin andalan organisasi. Keputusannya untuk bersandiwara demi menyelakai Hee-ra rupanya berakhir tak sesuai rencana. Entah bagaimana, Se-hun mulai jatuh cinta p...