Seoul, South Korean.
24th Years Ago.
Hal yang paling membuat Jae-bum menyesal dalam hidup adalah membiarkan bayi kecil pembunuh istrinya ini lahir. Tidak, seharusnya dari awal Jae-bum tidak pernah membiarkan Se-hun hidup dalam rahim sang istri, sehingga ia tidak perlu kehilangan Go-eun karena melahirkan anak sialan ini.
Anggota keluarga Go-eun menyalahkan Jae-bum atas kematian putrinya. Pria itu dinilai tidak becus menjadi kepala keluarga. Kesehatan Go-eun semakin lemah ketika mengandung, bahkan dokter menyarankan supaya sang istri menggugurkan kandungannya saja. Namun, ibu mana yang tega melakukan itu? Go-eun bersikeras mempertahankan bayinya, tidak peduli jika semua orang mencoba melarangnya.
Tentu saja Jae-bum tidak tinggal diam. Dia berusaha membujuk Go-eun agar mau menggugurkan kandungan, tapi istrinya semakin marah. Dia mengusir Jae-bum dari rumah sakit dan tak mau menemui sampai pria itu sadar betapa berharganya anak ini bagi Go-eun. Ia rela menukarkan nyawa asal bayi dalam kandungannya lahir dengan sehat dan sempurna.
Sampai akhirnya, saat yang paling ditakuti tiba. Proses kelahiran Se-hun dilakukan secara caesar, mengingat keadaan Go-eun semakin melemah. Dalam harap cemas, di balik pintu operasi, Jae-bum berdoa agar istri dan anaknya baik-baik saj. Ia terus meminta pada Tuhan agar diberikan kesempatan untuk membahagiakan keduanya. Jae-bum benar-benar tidak ingin kehilangan dua orang paling berharga dalam hidupnya saat ini.
Sayangnya, takdir berkata lain. Nyawa Go-eun tidak bisa diselamatkan, sementara bayinya dalam keadaan sehat, tidak kurang satu apapun, tampan dan sempurna. Entah kenapa hal itu membuat Jae-bum murka, otaknya beresimpulan jika kesehatan bayi itu adalah hasil pengorbanan Go-eun. Bayi sialan yang berani merenggut nyawa ibunya sendiri.
Sejak saat itu, Se-hun selalu mendapat perlakuan kasar dari sang ayah, terlebih lagi saat Jae-bum tak sengaja memandang mata anak itu. Mata sayu yang begitu mirip dengan istrinya, mata yang selalu membuat Jae-bum terbakar angkara di dadanya. Kenapa anak sialan ini memiliki mata seperti sang ibu?
"Dasar anak sialan! Kau hanya bisa menghabiskan uangku!" amuk Jae-bum penuh kemarahan kala mendengar tangisan nyaring Se-hun yang tak kunjung berhenti sejak sore.
Sesungguhnya, Jae-bum tidak pernah memberi nama anak itu. Ia juga tidak sudi melakukannya. Lee Se-hun adalah nama yang diberikan oleh sang mertua untuk bayi kecilnya.
"Aku bersumpah akan menjualmu nanti!" geramnya. Kali ini, Jae-Bum memberikan susu pada Se-hun dengan kasar. Ia lelah, ia tidak punya uang, kehadiran Se-hun semakin membuat ekonominya lemah.
Kendati demikian, ibu mertuanya—ibu Go-Eun—luluh karena kehadiran Se-hun. Walaupun tidak pernah memandang Jae-bum, tapi ia sangat menyayangi Se-hun. Namun, setelah kematian sang ibu mertua, Jae-bum memutuskan untuk menjual Se-hun. Yah, setidaknya anak itu berguna juga.
♠
Malam mulai larut, Hee-ra masih melamun di ruang tengah, memandang foto sang ayah yang dikelilingi bunga dalam gelap. Sementara itu, sang ibu tengah mempersiapkan diri untuk terbang ke Korea besok pagi.
Dalam duka yang mendalam, tiba-tiba Kang So-hee berkata ingin pergi ke Korea karena teringat pesan Shin Jae-woo beberapa tahun lalu. Sang ayah ingin abunya disemayamkan di Korea, tempat kelahiran mereka.
Mereka berniat berangkat bersama, tapi sungguh, Hee-ra benar-benar tidak memiliki tenaga untuk bangkit dan menopang tubuhnya sendiri. Rasa tidak percaya akan kepergian ayahnya masih membekas, seolah semuanya hanya mimpi, seolah ayahnya masih di sini, masih menjadi kepala keluarga yang disayangi juga dihormati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salted Wound [Sehun - OC - Kai]
FanfictionLuka yang telah tertanam sedari kecil membuat Se-hun berubah menjadi pembunuh berdarah dingin andalan organisasi. Keputusannya untuk bersandiwara demi menyelakai Hee-ra rupanya berakhir tak sesuai rencana. Entah bagaimana, Se-hun mulai jatuh cinta p...