CHAPTER 21 - [Lacuna]

7K 673 89
                                    

Kedatangan Kang Soo-ah—bibi Hee-ra—dan putranya sama sekali tak membuatnya senang. Meski tujuan mereka kemari adalah untuk menghibur Hee-ra dan ibunya yang tengah dirundung duka, tetap saja suara nyaring Baek-hoon dan sang ibucukup mengganggu. Oh ayolah, kenapa mereka berisik sekali sih? Terlebih lagi, Hee-ra harus mampu menahan diri sampai pukul 20:00 malam. Ia bahkan hampir menangis penuh syukur saat Baek-hoon dan sang ibu pamit pulang.

Sayangnya, sampai sekarang Se-hun belum kembali. Sejak Kang So-hee mengatakan Se-hun pergi tadi pagi, pria itu tak memberi kabar sama sekali. Tentu saja pikiran negatif dengan mudahnya menyerang Hee-ra. Banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi. Bagaimana kalau Se-hun kecelakaan? Bagaimana kalau Se-hun lupa jalan pulang?

Di sini lah Hee-ra sekarang. Duduk cemas sembari memandang jam dinding yang telah menunjukan pukul 23:00 malam. Bayangan kejadian kemarin terus saja berputar di kepala, sesekali Hee-ra mendecak, dalam hati mengumpat pada diri sendiri, kenapa ia bisa sebodoh itu sih?

Sampai sekarang Hee-ra masih bimbang pada alasannya mencium Se-hun. Ia tak yakin bila rasa dinginlah adalah alasan terkuatnya untuk melakukan itu. Hee-ra bahwa merasa hatinya cukup banyak mengambil bagian hingga muncul keberanian untuk mencium Se-hun.

Mungkinkah...

Mungkinkah Hee-ra jatuh cinta lagi pada Se-hun?

Tidak! Tidak mungkin! Ia yakin perasaannya sudah mati sejak tak sengaja melihat Se-hun membunuh waktu SMA. Tapi kenapa ia malah menikmati tiap momen saat Se-hun begitu manis? Kenapa ia malah terlena pada sikap Se-hun yang akhir-akhir ini hangat dan seolah ingin melindunginya?

Seharusnya, dulu ia melaporkan Se-hun ke polisi karena, tapi kenapa perasaannya berkata bila yang dilakukan Se-hun dulu tak sejahat apa yang telah dilakukan oleh orang yang dibunuhnya?

Hee-ra benar-benar tak bisa mengerti dirinya sendiri.

"Kenapa belum tidur?"

Hee-ra terkesiap, matanya membulat setelah mendengar pertanyaan dari seseorang. Ia mengangkat wajah dan mendapati Se-hun sudah berdiri di ambang pintu. Pria itu mengerutkan kening penuh tanya..

Omong-omong, Hee-ra tak mendengar suara mobil sama sekali. Apakah ia terlalu larut dalam pikirannya tadi?

"Kenapa belum tidur?" Se-hun mengulangi pertanyaannya, kali ini lebih keras.

"Aku menunggumu," Oh, shit! Apa yang kukatakan? "Maksudku, aku bertanya-tanya kenapa kau belum pulang dan—"

"Aku senang kau menunggu," kata Se-hun, memotong ucapan Hee-ra sebelum selesai. Ia menyunggingkan senyum sambil berjalan mendekati gadis itu, kemudian berjongkok di hadapannya. "Kau sudah makan malam?"

Tatapan lembut yang diberikan Se-hun terasa bagai mantra yang begitu kuat sehingga Hee-ra terjatuh dalam pesonanya. Ia menggeleng beberapa kali. "Belum."

"Mau makan malam bersamaku?"

"Baiklah," jawabnya yang sedetik kemudian telah bangkit mendahului Se-hun.

Mereka berpindah ke dapur. Se-hun menyuruh Hee-ra duduk di meja makan, sementara pria itu yang akan berhadapan dengan peralatan memasak juga bahan-bahannya. Yah, Se-hun memang seorang pria dengan beribu kesibukan, tapi ia memiliki skill yang lumayan hebat dalam hal masak-memasak.

"Kudengar, bibi dan Baek-hoon ke sini," ucapnya membuka pembicaraan sambil membelakangi Hee-ra dan lebih memilih fokus mencari bahan yang tersedia.

"Ya, seharian mereka ada di sini."

"Dan Baek-hoon menghabiskan banyak makanan, termasuk bagianmu. Benar, kan?"

Hee-ra terkikik pelan mengingat betapa semangatnya Baek-hoon menghabiskan makan malamnya tadi. Sebenarnya, pria itu tidak seratus persen menyebalkan kalau tak banyak bicara. "Begitulah." Ia berhenti sebentar, matanya terus memandangi punggung Se-hun yang begitu menggoda. "Omong-omong kau tadi ke mana?" Ia memberanikan diri untuk balik bertanya karena tak sanggup lagi menahan rasa penasarannya.

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang