CHAPTER 26 - [The Truth]

5.7K 787 138
                                    


Empat jam berlalu lambat, pikirannya kacau dan ketakutan. Kulitnya mulai memerah karena berkali-kali berusaha melepaskan diri dari ikatan Se-hun. Jauh di dalam hati gadis itu berkecamuk kebencian akan apa yang dilakukan Se-hun barusan. Sungguh, Hee-ra tak mengerti setan apa yang marasuki Se-hun hingga kembali berlaku kasar padanya. Akhirnya, semua pria sama saja. Berkata sayang dan cinta, namun akhirnya bersikap egois juga.

"Nona Shin?"

Hee-ra memutar kepalanya, seorang pria berdiri di ambang pintu sambil membawa nampan berisi makanan. Sebelum melanjutkan langkahnya, ia menutup dan mengunci pintu rapat-rapat. Mungkin salah satu anak buah Se-hun, pikir Hee-ra.

Bolehkah Hee-ra menangis dan memohon agar orang itu mau melepaskan ikatannya? Haruskah Hee-ra melakukan itu sekarang? Ia benar-benar tersiksa dengan keadaan seperti ini.

Tanpa diduga, setelah meletakkan nampan di meja, pria tadi mulai melepaskan ikatan pada kedua tangan Hee-ra sambil berucap, "Saya Park Young-lee. Tuan menyuruh saya untuk melepaskan ikatan di tangan nona."

Hee-ra terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Beliau juga tidak memperbolehkan saya keluar kalau nona belum menghabiskan makanannya," gumam pria itu, detik berikutnya, ia memberikan sepiring nasi kepada Hee-ra. "Silakan, nona."

Apa Se-hun sudah kehilangan akal sehatnya? Bisa-bisanya dia seolah mempedulikan Hee-ra setelah mengikatnya barusan.

Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah drastis seperti itu? Sebaiknya, Se-hun pergi ke psikiater.

"Aku tidak akan memakannya," tegas Hee-ra.

Hee-ra memang keras kepala. Meskipun cacing di perutnya meronta dan merengek ingin sesendok makanan, bila hatinya panas seperti sekarang, tentu penolakan yang didapatkan.

Park Young-lee tak menyerah. "Saya akan tetap di sini sampai nona mau memakannya."

Ah sialan!

Hee-ra tidak suka diatur-atur! Tunggu dulu, kenapa otaknya baru terpikir ide brilian ini? Seharusnya Park Young-lee tahu alasan Se-hun mengurungnya, mengingat ia bekerja pada pria itu. Benar, Hee-ra harus mendapatkan sedikit informasi mengenai rencana Se-hun dan kemudian berusaha kabur.

"Baiklah, aku akan makan asal kau mau memberitahuku sesuatu."

Park Young-lee mengangguk. "Baiklah, nona."

"Apa yang sebenarnya direncanakan Se-hun? Kenapa dia mengurungku? Apa dia benar-benar ingin membunuhku dan telah merencanakan segalanya?"

Park Young-lee tidak terkejut, seolah telah menebak pertanyaan apa yang akan terdengar. Ia tersenyum ramah. "Tuan tidak pernah berencana untuk membunuh nona, beliau sangat mencintai dan berusaha melindungi nona."

"Melindungi? Aku tidak butuh dilindungi!" teriak Hee-ra. Ia merasa Se-hun terlalu berlebihan, ia baik-baik saja dan tak membutuhkan perlindungan bodoh yang menyiksa ini.

"Tidak, nona butuh perlindungan, nona hanya tidak mau mengakuinya." Ia berhenti sebentar dan menghela napas panjang. "Wanita yang tadi hampir menyelakai nona tidak akan berhenti begitu saja, makanya Tuan mengurung nona di sini. Tuan sangat takut bila sesuatu yang buruk terjadi pada nona."

Hee-ra mendecih, ia merasa Park Young-lee tak jauh berbeda dengan Se-hun. "Aku bisa melindungi diriku sendiri! Lagipula semua ini tak akan terjadi bila Se-hun tak pernah menggangguku, bukan? Seharusnya pria itu sadar bahwa dia yang telah membawa bencana untukku!"

Park Young-lee paham akan rasa marah yang dirasakan Hee-ra, mengingat betapa banyaknya musibah yang menimpa gadis itu beberapa waktu ini.

"Tuan menyadarinya, nona. Tuan bahkan sering menyalahkan diri sendiri, maka dari itu beliau bersikeras ingin melindungi anda. Tidak peduli bila harus mempertaruhkan nyawanya sendiri."

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang