"Maafkan aku." Hee-ra mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke meja.
"Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Di mana kau sekarang? Aku ke rumahmu, tapi tidak ada siapa-siapa?" sahut suara dari ujung sana.
Hee-ra terdiam dan melirik Se-hun yang tengah menonton televisi di atas ranjang. Mereka memang tidak berada di rumah, Se-hun bilang, saat ini rumah bukanlah tempat yang aman untuk berlindung.
"Urusan keluarga. Sepertinya aku tidak bisa ke kampus selama beberapa hari, aku berada di luar kota," dustanya.
"Baiklah..." Jong-in menghela napas panjang penuh kekecewaan. "Bisakah kita bicarakan ini sekarang?"
Membicarakan apa? Seingat Hee-ra, mereka tidak pernah berdiskusi serius akhir-akhir ini.
"Apa ada sesuatu yang membuatmu terganggu?"
Jong-in mendengus pelan. "Aku... merasa ada jarak di antara kita."
"Aku tidak mengerti."
Hee-ra menyadarinya. Ia hanya tidak ingin mengaku dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Entah sejak kapan ia mulai mengganti nama Jong-in dengan Se-hun jauh di dalam hati.
Tunggu dulu...
Atau mungkin Se-hun memang tak pernah pergi dari hatinya, melainkan terkubur begitu dalam hingga ia berpikir Jong-in lah yang memilikinya?
"Lupakan, mungkin hanya perasaanku saja." Jong-in bergeming selama beberapa detik sebelum akhirnya berdehem karena tak kunjung mendapat balasan dari Hee-ra. "Baiklah, good night. Aku merindukanmu."
Mendengar Jong-in mengungkapkan kerinduannya membuat Hee-ra merasa bersalah. Secara tidak langsung, perbuatannya dan Se-hun adalah perselingkuhan. Bagaimana mungkin dia bisa tidur dengan pria lain? Bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta pada pria lain? Hee-ra bahkan tak sanggup membayangkan seberapa besar kemarahan Jong-in bila suatu hari nanti mengetahuinya. Ya, sepintar apapun manusia menyembunyikan bangkai, pada akhirnya akan ketahuan juga. Begitupun dengan Hee-ra. Ia hanya sedang menunggu kapan hal itu terjadi.
Matanya berkaca-kaca, sulit rasanya untuk sekadar membalas ucapan Jong-in. Rasa bersalah dan penyesalan gadis itu begitu besar hingga merasa tak pantas lagi untuk pria itu.
"Jaga dirimu baik-baik, aku pasti akan merindukanmu, Kim Jong-in."
Tuttt...
Belum sempat Jong-in menjawab, gadis itu sudah lebih dulu memutuskan panggilan. Baginya, berlama-lama mendengar suara Jong-in sama saja dengan bunuh diri karena harus memikul penyesalan.
Tenangkan dirimu Shin Hee-ra.
Tidak apa-apa kalau suatu hari nanti Jong-in membencimu.
Semuanya akan baik-baik saja.
Seharusnya begitu...
Setelah memasang charger ke ponselnya, Hee-ra berbalik menyusul Se-hun ke ranjang. Ia tidak langsung duduk di samping pria itu, melainkan memandangnya sejenak.
Se-hun sedang menghadap televisi, tapi tatapannya kosong. Wajahnya menyiratkan aura kesedihan dan menyalahkan diri sendiri. Hee-ra paham, Se-hun pasti merasa tersiksa karena keadaan mereka, terlebih lagi, penyebab utama atas terancamnya nyawa Hee-ra adalah dirinya.
Tragis, entah sejak kapan hidup mereka jadi menyedihkan seperti ini. Hee-ra ingin menertawakan dirinya yang tak mampu menghadapi Jasmine. Seandainya saja ia belajar beladiri, seandainya saja Se-hun jujur sejak lama, Hee-ra pasti bisa mengantisipasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salted Wound [Sehun - OC - Kai]
FanficLuka yang telah tertanam sedari kecil membuat Se-hun berubah menjadi pembunuh berdarah dingin andalan organisasi. Keputusannya untuk bersandiwara demi menyelakai Hee-ra rupanya berakhir tak sesuai rencana. Entah bagaimana, Se-hun mulai jatuh cinta p...