"Bila nanti aku masih diberi kesempatan untuk hidup. Maukah kau, Shin Hee-ra untuk menikah denganku?"
Hee-ra membisu, tangan kanannya terlepas dari genggaman Se-hun, menutupi mulut yang membulat tanpa suara. Air matanya yang tak bisa ditahan, meluncur begitu saja membasahi pipinya. Jantungnya bagikan dihantam begitu keras. Perih, meski Se-hun berkata ingin menikahinya.
Kenapa Se-hun baru mengatakannya sekarang? Kenapa pria itu bertanya di saat mereka tak yakin bisa memiliki masa depan bersama?
Apa gunanya semua ini?
Apa Se-hun berusaha membuat Hee-ra percaya akan ilusi semu yang tak bisa dipastikan kebenarannya?
Hee-ra menggeleng, ia menggigit bibir bawahnya kencang. Dadanya sesak, tak sanggup untuk meambalas tatapan putus asa sekaligus berharap yang dilontarkan Se-hun. "Apa kau melakukan ini hanya untuk menenangkan hatiku?"
Se-hun menunduk, jawaban Hee-ra berhasil menggoyahkan hati dan membuatnya bertanya-tanya. Apa ia memang melamar Hee-ra untuk menenangkan serta memberi harapan semu yang tak jelas akhirnya? Atau Se-hun hanya sedang mencari alasan serta membangun setitik harapan untuk berjuang sekuat diri demi memenuhi janji yang akan terpatri?
Se-hun berucap lirih, "Maafkan aku..."
Kedua matanya tertutup, disusul angin keheningan serta kesedihan yang akhirnya melingkupi. Ada dua hati yang sedang jatuh cinta, ketika dunia berusaha untuk memisahkan mereka.
"Kau bahkan meminta maaf setelah melamarku." Hee-ra terkekeh pilu. "Lupakan, lebih baik kita segera kembali sebelum Elliot mencarimu," lanjutnya sambil menghapus air mata di pipi.
Hee-ra berusaha mengabaikan Se-hun dan meraih tasnya, lalu mendahului pria yang masih duduk di lantai tersebut untuk melangkah keluar. Tidak ada lagi perbincangan antara keduanya. Pikiran mereka melayang, tak jelas ke mana arahnya. Sepanjang jalan, Hee-ra hanya menerawang keluar jendela, sementara Se-hun berusaha mengalihkan perhatiannya dari gadis itu selama berkendara.
Serius. Tidak ada musik sama sekali yang terdengar dari MP3, tiada gerakan intens dari keduanya, hanya suara mesin serta hembusan napas berat yang terdengar memilukan.
Markas mereka selanjutnya adalah mansion milik Royce. Terletak di tengah kota dengan keamanan tinggi yang sempurna bagi mereka. Sesampainya di mansion, Hee-ra langsung mengambil tas dan melenggang masuk, sekali lagi, ia berusaha menghindari Se-hun. Gadis itu merasa kecewa atas kejadian tadi, tapi Se-hun sendiri tak bisa menjelaskan alasan pasti serta perasaan yang mendorongnya untuk melamar Hee-ra.
Tak sengaja, Hee-ra berpapasan dengan Jong-in ketika sedang mencari Royce. Otomatis, gadis itu berusaha sekeras mungkin untuk menunjukkan senyum terbaiknya, meski kedua mata pilunya tak bisa berbohong.
Hal ini berhasil membuat Jong-in bertanya-tanya. Apa yang terjadi pada Hee-ra? Gadis itu tersenyum dalam tangisan, lalu pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata. Namun, pertanyaan pria itu langsung terjawab begitu Se-hun melangkah masuk. Tanpa basa-basi, Jong-in menghampiri pria itu dan menghalangi jalannya.
"We need to talk," gumamnya.
Awalnya Se-hun berniat mengejar Hee-ra, namun Jong-in sudah lebih dulu menghalangi jalannya. Tidak ada pilihan lain, Se-hun mengangguk dan mengekori pria itu ke halaman. Mereka duduk di bangku. Menatap lurus tanpa suara selama beberapa menit. Canggung. Tentu saja, sejarah berkata bahwa kontak yang terjadi di antara mereka tak pernah berakhir baik. Dari awal, Jong-in tidak menyukai Se-hun, begitupun sebaliknya. Tapi kembali pada sikap dewasa yang harus diutamakan keduanya di saat seperti ini. Lagipula Elliot benar, bertengkar dan saling menyalahkan memang tak ada gunanya. Mereka harus saling mendukung demi mengakhiri segara permasalahan yang tengah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salted Wound [Sehun - OC - Kai]
FanfikceLuka yang telah tertanam sedari kecil membuat Se-hun berubah menjadi pembunuh berdarah dingin andalan organisasi. Keputusannya untuk bersandiwara demi menyelakai Hee-ra rupanya berakhir tak sesuai rencana. Entah bagaimana, Se-hun mulai jatuh cinta p...