Prequel (2)

35 3 0
                                    

  Seminggu lebih keduanya saling berjauhan. Ketika berpapasan, keduanya melempar Mata Berkilat-kilat menandakan perang. Beberapa siswa yang menangkap jelas pemandangan itu saling berbisik :

Hmm. Homo Couple kita udah putus, tuh....

  Seminggu penuh pula dia dan Christine semakin dekat. Nicholas semakin menjauh dan menjauh. Egois? Cinta memang egois kawan.

  Hanata selalu mengamati gerak-gerik Nicholas. Atas permintaan Matt, dia rela mengamati makhluk brengsek itu. Ya, dan dia menangkap perilaku aneh selama seminggu penuh dari anak itu, ketika dia dan Matt putus hubungan.

"Bahaya, Matt. Kenapa tangannya muncul urat-urat dibawah kulitnya? Dia sakit?" tanya Hanata. "Kagak tau gue mah. Dia mau sakit atau mati sekalian, gue gak peduli. Gue aja belum bisa maafin dia." Sarkastik. "Eh, kamu jangan gitu dong. Kan dia Sahabatmu, masa ada Sahabat yang mau sahabatnya meninggal? Cepat-cepatlah berdamai dengan dia. Kesempatan hanya datang satu kali." Katanya lembut.

"Masih susah buat maafin dia, Han. Hati gue masih sakit. Apalagi dia, sikapnya aneh seminggu ini. Mana gampang maafin orang kayak gitu?" Matt bersih kukuh pada pendiriannya. "Iya juga sih. Tapi ingat! Semarah-marahnya kamu sama dia, sebenci-bencinya kamu sama dia, He is always be Your Bestfriend. Cause Bestfriend Stick Together." Ingat Han. "Okay. I take it" dan Hanata tersenyum senang.

***
  Waktu Event besar Sekolah mereka, ketiga anak itu (Christine, Matt, Nicholas) dengan herannya berkumpul didalam Kelas XII IPA C yang terkenal dingin karena Ac-nya. Matt duduk berdampingan dengan Christine, sementara Nicholas berada didepan mereka berdua. Ketika Matt semakin mendekat ke tangan Christine, Nicholas keluar dari ruang kelas itu dan membanting pintu.

"Dia sakau atau gimana sih? Apa dia Cemburu sama gue pdkt sama lho?" tanya Matt frustasi.

"Gue kan udah bilang kalo gue dan dia nggak jadian. Nggak usah hirauin dia. Nanti juga dia sadar." Aku  Christine.

  Matt keluar sejenak dan mengintip dari balik dinding. Nicholas menyendiri dipojokan Meja diujung lorong. Urat-uratnya timbul semua. Dia nampak kesal ternyata.

"Emang gua pikirin?!" Tutur Matt bodoh.

  15 menit kemudian, dia masuk lagi. Kali ini dia lebih tenang. Menyusul dibelakangnya Temannya dari Tim Voli.

 "Bro, Sabtu malam kita jadi kan?" Tanya Nicholas. "Jadi lah. Udah disiapkan Lokasinya kok. Lho tenang aja..." tutur Anak yang dari Tim Voli itu. Matt diam sejenak ingin menyimak. Namun Dadanya berdegup kencang sambil bertanya dalam hati : Ada apa di Sabtu Malam?

"Kita mau minum apa? Bir, Wine, atau Vodka, hmm?" tambah Nicholas dengan santainya. Matt seperti tertusuk benda tajam ketika mendengarnya. Dia seperti mati mendengar "Bir, Wine, Vodka". Oh Tuhan Yesus, apa yang Ia perbuat? 

"Wine lah. Noob kalau cuma Bir. Nggak kerasa" saran Anak itu. "Oke deh. Habis Prom Night sekolah, kita kesana. Okey?" "Okey, Mamen" dan kedua anak itu keluar dari ruang kelas, dengan Nicholas menyeringai ke arah Matt.

  Matt pingsan. Dia sudah tidak tau apa yang terjadi saat ini. Didalam kelas hanya terdengar suara Christine berteriak minta tolong mencari orang untuk mengantar Matt ke Ruang Unit Kesehatan Sekolah.

***

  Dia tersadar di pagi hari didalam rumahnya sendiri. Dia menyadari bahwa beberapa teman-teman sekelasnya yang membawanya pulang. Itu nampak dari teman-temannya yang tertidur didekat tempat ia tersadar.

"Hari apa ini?" Dia bertanya sendiri. "Oh, hari Kamis ya?"

  Ketika dia mengingat peristiwa semalam, ia tak sempat menahan air matanya dan itu cukup membuat Christofel peka terhadap rangsangan. Christofel membangunkan semua teman-teman Matt.

The BromanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang