Chapter 27

11 3 0
                                    

Ketakutan Gue
  Matt menyapa sang Sahabat yang tertidur lemas di Tempat Tidur Pasien, di Kamar VVIP St. Mary's Hospital, London. Dia terlihat kacau. Setelah semalam menghadapi Pencuri, pagi ini mendapat Kejutan Nicholas harus dirawat di Rumah Sakit.

  Dia berjalan gontai menuju Kursi Tunggu disamping Nicholas, duduk diam sambil memegangi tangan Soulmatenya. "Gue selalu benar kan, Col? Kalo Loe sakit pasti gue bisa merasakan lebih dulu." ucapnya dengan suara bergetar.

  Nicholas diam tidak bergeming. Dokter memberikan dia obat awal untuk diminum, dan efeknya membuatnya mengantuk dan akhirnya ketiduran. Wajahnya pucat, dan dia sangat kedinginan. Padahal ketika Matt meraba kepalanya, Demamnya lebih Tinggi daripada Kedinginan yang ia rasakan.

"Loe kuat dong..." ujar Matt memberikan semangat. Tapi Nicholas tetap terlelap. Mungkin dia sedang mengalami fase tidur lelap, guna mengembalikan staminanya. "Gue gak bakal maafin loe dan diri gue kalo loe kenapa-napa, Col! Camkan itu!" katanya kini dan mulai terharu lantas memeluk Nicholas.

  Setelah menyalurkan rasa harunya, sebuah Kenangan terlintas dikepalanya. Kenangan nan pahit waktu di SMA. Kenangan itu menggores perasaannya, karena dari kejadian itu, hanya meninggalkan Luka dan Amarah juga Dendam yang menyala-nyala didalam Hati Matthew Dylan O'Connor.

MATT POV : Flashback Prequel-1,2,3/Line Up to Prequel 4
  Hmm. Homo Couple kita udah putus, tuh....

  Kata-kata itu, kenapa masih bisa gue denger didalam kamar VVIP ini?! Tunggu dulu. Inikan kejadian udah lama sekali, tapi, kenapa aku bisa kepikiran?

  Jujur. Kata-kata itu buat gue sakit hati banget. Tau nggak?! Gue memang laki-laki, tapi pas difitnah dengan Tuduhan Cowok Gay, gue merasa marah sekaligus dendam.

  Ini semua diawali Kejadian yang.... susah buat gue lupain. Gue pernah musuhan sama Col. Semua diawali ketika dia mulai bergaul dengan Anak-anak Geng disekolah. Jauh sebelum itu, gue udah kasih tau : "Kalo loe masih Sahabat gue, jangan coba-coba pergaulan bebas, apalagi yang tak sehat!"

  Tapi toh, ada juga yang sirik sama Persahabatan gue dan dia. Lama kelamaan, dia mulai akrab dengan Anak-anak Geng. Sebagai salah satu siasat mereka, gue difitnah Homoan sama Nicholas. Dan mereka membangkitkan kebencian dalam diri Nicholas dengan mengatakan yang tidak-tidak terhadap gue.

  Hanata. Salah satu Sahabat gue diluar Nicholas yang dengan baiknya membantu gue dalam kesusahan. Dia selalu mensupport gue diwaktu Nicholas lagi brengsek-brengseknya didepan gue. Kalau tidak ada Hanata, mungkin gue salah satu Cowok Korban Bullying Termenyedihkan di Seantero Sekolah gue.

  Kalo gak salah, gue pernah suka sama Cewek, namanya... Emm.... Chr....Christine! Ya, dia. Gue lagi PDKT sama dia. Tapi Nicholas, entah ada angin apa mau nikung gue. Gue sakit hati, tau-taunya Ada Sahabat yang menusuk Sahabatnya sendiri dari Belakang.

  Sekali peristiwa pintu Hati Nicholas diketuk. Dia tersadar kalau dia sudah keterlaluan sama gue. Harusnya gue terima permintaan maafnya dia, tapi gue cuma ninggalin dia didalam Kapel Doa disamping Sekolah.

"Maafin gue, Bro. Gue brengsek" Oh, rasa-rasanya gue mau memberinya pelajaran seketika itu juga. Tapi gue sadar diri. Ini didalam Kapel, di tempat kita Berkomunikasi dengan Tuhan.

  Karena gue masih sakit hati, gue kasih jawaban yang tak kalah menyakitkan.  "Gue kecewa sama lho. Dimana Sahabat gue yang sebenarnya, ha? Susah untuk memaafkan lho. Gue sakit banget. Sakit tahu nggak. Sahabat gue ternyata orang brengsek!". Gue nggak tau yang terjadi setelahnya apa. Pastinya, gue pernah memutuskan Persahabatan kami yang terjalin dari kami masih anak-anak.

Break for A While from the Flashback
  Pas kata-kata itu terlintas dibenaknya, dia memandang Wajah Nicholas lagi. Raut Wajahnya terlihat sedih sekali. Tak ada senyuman diwajahnya. Itu membuat Matt tersadar bahwa selama ini, dia belum seutuhnya memaafkan Nicholas dari Kejadian itu.

  Gue lebih brengsek dari loe, Col, ujar Matt dalam hati sambil mengusap kepala Nicholas.

Back to Flashback
  Gue Manusia terbodoh. Kenapa? Gue masih naif mau berhadapan dengan dia waktu itu. Gue seumur hidup, nggak pernah dapat tatapan jahat, sejahat yang pernah Nicholas kasih ke gue. Hanata always Stick With Me, as usually.

  Hanata pernah bilang : "Sabar, Matt. Mungkin mereka mengejekmu karena mereka merasa bahwa diri mereka berada diatas dirimu. Tapi, siapa yang tahu, kalau nanti Kamu yang akan "Menginjak" balik mereka. Bersabarlah" Kata-kata perempuan itu, meneduhkan dan menenangkan Pikiran Gue yang lagi kacau mikirin perubahan Nicholas.

  Mulailah desas desus kalau Nicholas mulai pergi Ke Club Malam. Dan, bukti kuat bagi gue dan Hanata, ialah Urat-uratnya timbul disekujur Tangannya. Kalau Orang Normal yang tidak Peminum, Tangannya akan mulus seperti "Kulit Bayi", tapi yang kulihat darinya, jauh dari kata Normal.

  Menyesal? Pastinya. Mana ada Orang yang Mau Sahabat yang sudah menemani mereka bertahun-tahun lamanya, dirusak 'Pihak' Asing? Tidak ada, kawan. Kecuali orang itulah yang mencoba menjatuhkan Sahabat yang sebenarnya sangat menyayanginya.
 
  Pokoknya hal termenyedihkan buat gue, pas gue pergokin dia Benar-benar ke Club Malam. Damn it! Main Ciuman lagi sama Gebetan gue, berasa skali Friendzone. Christine hanya habis di : Kita Temenan aja ya :(

  Dari situ gue Down Banget. Hanata hibur gue bersama Teman-teman yang lain. Gue masuk Rumah Sakit aja dulu, dia nggak punya nyali buat ngejaga sama mengunjungi gue. Huh...

(Prequel-4)
  Dari situ Hanata menegur gue. "Matt, dia masih tergolong Orang Terdekat loe, kepercayaan loe. Masa loe nggak mau maafin dia? Try to Move On, Boy!" Gue diem aja. Gue pertimbangkan lagi. Nggak! Gak ada kata maaf buat dia untuk waktu yang lama.

"Mau dia Kecelakaan, Sakit, bahkan Mati sekalian, Gue nggak Peduli! Gak akan pernah gue maafin dia!" umpat gue.

End of Flashback

"Mau dia Kecelakaan, Sakit, bahkan Mati sekalian, Gue nggak Peduli!"

  Air mata Matt tercurah. Gue nggak boleh nangis! Katanya pada dirinya sendiri. "Kuat Matt! Kuat!"

  Tapi dia tak bisa membendung rasa bersalahnya. Dia kembali memeluk Nicholas dan terisak didadanya.

"Gue baru sadar, Col. Gue belum maafin loe seutuhnya. Gue bodoh, Col! Gue benar-benar Bodoh!" katanya sambil terisak dan tubuhnya bergetar diatas dadanya Nicholas.

  Nicholas membuka matanya sedikit. Tapi kesadarannya belum pulih. "Gue sampe keluarin kata : Gue gak akan pernah maafin loe... gara-gara kejadian waktu SMA. Sampe gue sumpah loe mati sekalian. Please! Gue sadar, Seharusnya gue gak pernah keluarin kata-kata seperti itu.... Sumpah! Gue nggak bermaksud. Sungguh, Col!" tuturnya.

  Nicholas perlahan mendengar suara Matt. Kenapa loe nangis Matt? Apa ada yang salah? tanyanya lembut. Itu semakin membuat Matt merasa bersalah. Sekarang Nicholas telah sepenuhnya sadar. Matt membantunya untuk bangkit dan bersandar di Tempat tidurnya.

"Gue mau ngomong sama loe..." kata Nicholas. Tapi Matt tiba-tiba memeluknya erat, sama seperti yang ia berikan semalam. "Maafin gue! Maafin gue, Bro!" keluhnya sambil menangis. Nicholas tidak mengerti. "Gue..." Nicholas tidak bisa berpikir. Kenapa lagi nih Bocah?

  Supaya keadaan mencair tanpa memikirkan akar masalah yang sedang terjadi.... Nicholas menjawab : "Gue maafin loe kok. Jujur ya, gue gak tau ada masalah apa... tapi... Gue maafin loe kok..."

"Apa itu Benar?" tanya Matt dengan senduh. "Ya, benar. Gue maafin loe..." jawabnya, padahal He had No Idea what does going on here. Matt sekali lagi memeluknya. "Thank You Very Much, Col. My Lovely Bestfriend!" katanya dan menuntaskan semua perasaannya. Nicholas tersenyum dan mengusap punggung Matt.

  Di Pintu Kamar, Tante Rahell terharu. Beliau mendapat pemandangan mengharukan didalam Kamar VVIP itu. Tak bisa dijelaskan, tapi... Pastinya, dia mengerti Betapa dalam Kasih Matt terhadap Nicholas. "You have a great Bestie, My Son... I Love You Both."

Bersambung
Manado, 28-03-2018
20:04
ChrisCley

 

The BromanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang