Chapter 31

11 3 0
                                    

Easter
  Paskah.

  Kini, Tuhan telah Bangkit dari Kematian. Kuasa KebangkitanNya membuat Seluruh Umat Manusia berpengharapan yang baru, termasuk Matt. Dia lebih yakin kalau Sahabatnya sudah pulih.

  Dia mengucap syukur pada Tuhan karena telah menyertai Perjalanan Hidupnya selama ini, dan selalu memberkati Persahabatannya dengan Nicholas. Meskipun rasa bersalahnya masih ada meskipun tinggal sedikit.

  Ratap Tangis kini Diubah menjadi Kegembiraan dan Harapan. Semuanya menjadi Putih Bersih.

  Pulang dari Gereja, dengan sukacitanya dia masuk Rumah Sakit menuju Kamar Perawatan.

***

"Happy Easter, My Mate." salam Matt. "Happy Easter too." balas Nicholas. "Udah baikan?" tanya Matt.

"It's Better, Bro. Tapi belum sembuh seluruhnya. Gue masih rasa menggigil..." ujarnya. "Selimut ini gak mempan..." tambahnya.

  Alamat minta dipeluk nih, pasti! Matt sudah menduga kode halus yang baru saja dikatakan.

"Ngaku aja deh... Kode minta peluk kan?  Gue tau kok. Ruangan ini gak dingin-dingin amat..." jawab Matt ketus. Nicholas hanya menggaruk tengkuk. Terciduk Atik, batinnya.

"Hehehe. Tau aja loe kode halus gue..." kekeh Nicholas dengan memasang wajah tak bersalah. Matt memutar matanya. "Loe itu Laki, Col. Sampe  kapan loe masih mau Laki-laki kayak gue pelukkin elo?" ingat Matt.

"Gue nggak peduli! Gue suka karena gue sayang. Nggak kurang, nggak lebih." jelasnya. "Lagipula, cara peluk elo, bisa membuat gue kangen Sahabat gue satu-satunya, dan itu elo..." katanya lagi. Matt ingin terharu mendengarnya. Tapi, ah sudahlah.

"Loe nggak setega itu kan menolak Sahabat loe ini?" Nicholas memasang wajah terluka. Turutin aja deh, kasihan lagi sakit, suara Hati Matt. "Baiklah..." Matt mengangguk lemah.

  Matt berjalan menuju tempat tidur pasien dan berusaha agar tidak mengenai Infus yang dipasang ke tangan kanan Nicholas. "Aduh!" teriak Nicholas. Matt terkejut.

"Kenapa loe?" Matt jadi khawatir seketika. Ketika Nicholas tak kunjung mengatakannya, Matt mengambil Tangan kanan Nicholas dan memijitnya. "Makan tuh jebakan! Hahaha...." ledek Nicholas pada akhirnya. "Bangsat loe! Loe nggak kasian ngapa ke gue?" keluh Matt, dan Nicholas tertawa terpingkal-pingkal, membuat Matt ikut tertawa.

***

  Tante Rahell mengamati keduanya dari Pintu masuk. Keceriaan dua anak itu... Membuat Hatinya teduh.

  Dia masuk kedalam.

"Ehem... boleh Mama ganggu acara kalian berdua?" Keduanya tidak keberatan. Tante Rahell menaruh Barang bawaannya di meja, kemudian duduk di tempat tidur penjaga.

"Sayang, kau sudah makan?" tanya beliau. "Belum Ma." jawabnya. "Ini, Mama bawakan makanan kesukaanmu." kata beliau sambil menyodorkan sebuah tempat makan yang terisi penuh. "Terima kasih, Ma. Tapi aku tak bisa makan sendiri, tangan kananku sakit untuk memegang sendok."

"Mama suapin saja ya?" Tawar Beliau. Nicholas tadi sempat mendengar kalau Matt ingin keluar sebentar, mencari udara segar. Sadar bahwa dia akan ditinggalkan sementara oleh Soibnya itu,  dia mendapat ide.

"Nggak usah Ma, hehe. Biar Matt aja yang suapin..." ungkapnya. Langkah Si Objek pembicaraan terhenti diambang pintu. "Loh, Matt kan mau keluar sebentar mau cari udara bebas. Dia udah pamitan kok...", sanggah Tante Rahell. Matt diam-diam mengendap hendak keluar.

"Dia kan udah janji mau menjaga dan merawat Nicholas, Ma. Dia juga bilang dia suka menyuapi Nicholas makanan. Dia sendiri yang bilang..." tutur Nicholas. Crap. Matt pura-pura tidak mendengar, tapi dalam hatinya : "Bangsat loe Col. Soal merawat sih iya, tapi soal nyuapin, gue gak pernah ngomong gitu. Nicholas sialan!"

  Matt segera membuka pintu kamar, tapi.... "Kalo dia punya hati dan sadar akan janjinya Ma, dia gak akan buat alesan untuk keluar mencari udara segar. Kan bisa buka jendela..." ujarnya ketus. Shit!, umpat Matt dalam hati. Matt langsung balik kanan masuk kedalam.

"Nicholas yang baik, Sahabat gue satu-satunya dari kecil, mana makanan loe? Biar gue yang suapin...." katanya sambil tersenyum dibuat-buat dan penekanan disetiap kalimatnya. "Nah gitu dong..." Nicholas tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Tante Rahell hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua anak itu.

  Dengan sangat terpaksa, Matt mengambil tempat makan itu dari tangan Tante Rahell dan mengambil leper. Kemudian, dia duduk dipinggir tempat tidur, dan menyuapi 'Si Bayi Besar' dengan penuh perasaan. (Sebenarnya emosi dan jengkel, tapi apa boleh buat.)

"Gue suka loe kalo begini. Cocok jadi kepala keluarga." ledek Nicholas. "Bacot!"

  Dan Tante Rahell hanya tertawa melihat keduanya.

Bersambung
(Happy Easter 💐 For Those who Celebrate)
Manado, 1-April-2018
19:14
ChrisCley

The BromanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang