CHAPTER 11

35 5 0
                                    

"Lo jaga diri ya...." pesan seseorang yang memakai pakaian serba putih.                                
"Nggak... Gue ikut sama lo..." kata seseorang tak terima. 

"Hidup lo masih panjang tau, tenang. Gue selalu ada sama lo kok..." kata orang pertama.

"Lo tau kan gue bakal sama-sama dengan lo selamanya... Please, ijinin gue ikut...." pintah orang kedua. 

"Waktuku sudah habis... Selamat Tinggal, Col..." pamit orang pertama. Lambat laun orang tersebut melayang ke atas dan menghilang.

 "NGGAK.... MATT!" pekik Nicholas tersadar. Dia mengambil nafas dengat berat. Dia langsung bangkit dan duduk ditempatnya. Dia melirik ke samping dirinya. Nampaklah Wajah Polos dan Damai  Sahabatnya yang masih tertidur nyenyak. Nafasnya masih teratur. "Oh Tuhan!" serunya. Dia mengusap wajahnya tanda tidak percaya. "...Ya Tuhan... kukira dia sudah Kau ambil.... Aku tak pernah siap jika dia pergi dariku..." ucapnya terbata. Dia berpaling menghadap Matt dan menyentuh lembut dahinya. Demamnya masih ada, dan dia agak menggigil. Lantas itu, Nicholas menambah kehangatan untuk Matt dengan melapisi Selimut yang lebih hangat untuknya. "Tuhan, jangan ambil dulu Sahabatku ini..." doanya. 

  Dia memeluk Matt hangat seakan tak mau melepasnya lagi. Matt yang dalam tidurnya merasakan ada yang memeluknya, sontak membuka matanya dan mendapati Nicholas berurai air mata. Cengeng sekali, pikir Matt. Nangis lagi.... Emangnya ada apa sih?, tanyanya dalam hati. Dia buka matanya lebar-lebar menunggu Nicholas bereaksi. Nicholas belum menyadari kalau Matt sedari tadi bangun. "Nggak. Gue nggak mau lo pergi...." ucapnya getir. Ha? Pergi?,  batin Matt. "Gue tahu Lo juga lagi berjuang dengan penyakit lo... Jadi gue mohon... Berjuang keras... biar penyakit lo itu membaik... Lo 'Pergi' adalah mimpi terburuk gue seumur hidup tahu..." curhat Nicholas. Siapa yang mau pergi sih?

"Udah Nangisnya?" sela Matt. Nicholas mingkem. Dia melepas pelukkannya dari Matt. Wajahnya memerah. "Lo kenapa merah begitu?" tanya Matt. "Siapa yang merah... Orang gue... itu.... anu... ehm...." jawab Nicholas kikuk. "Bilang aja lo abis nangis-nangisan bilang Gue nggak mau lo pergi,  pas gue pergokin lo langsung merah. Benar kan?" sindir Matt. Nicholas mati kutu. "Iya..." jawabnya gugup. "Kan gue udah bilang, Gue nggak bakal ninggalin Lo... Gue akan selalu ada buat lo, even though i'm sick, each time you need me, i'll be there..." kata Matt meyakinkan. "Yes, I know it. But promise me, you will fight your Sick and soon to be Heal. Deal?" ucap Nicholas. "Deal!" seru Matt.

***
4 Hari kemudian

  Kegiatan Perkuliahan sudah kembali seperti biasanya. Libur 4 Hari itu disebabkan adanya serangan teroris disalah satu tempat di Inggris yang membuat mereka diliburkan. Sekarang situasi sudah kondusif dan hari ini adalah awal mereka kuliah lagi.

"Okay. Sekarang keluarkan semua Buku kalian, karena Pelajaran kita hari ini akan segera dimulai..." kata Mrs. Caroline, Dosen pengajar Kimia. Yap, sesuai dengan mata kuliahnya, sekarang mereka ada di Laboratorium. Dideretan tempat duduk ketiga dari Papan Tulis, duduklah Nicholas, Matt, dan Mahasiswa laki-laki lainnya. Mrs. Caroline salah satu dosen yang handal. Tak satupun materi dilewatkannya. Dia cukup cekatan dan sabar dalam mendidik para Siswa yang duduk mendengarkan dan mempelajari materi yang diajarkannya. 

***

  Sehabis dari Laboratorium, mereka ada jadwal Kelas Seni. Lokasinya di Gedung Theater. Sekarang waktu menunjukkan waktu pukul 1 siang. 2 jam lagi Perkuliahan akan usai. Disana sudah ada beberapa teman sekelas mereka yang duduk menanti dosen yang akan mengajar. "Duduk dimana?" tanya Matt. "Duduk didepan aja..." kata Nicholas. "Nggak mau ah..." ucap Matt enggan. "Lah... Kenapa?" Nicholas bingung. "Nanti dikira kita Ambitu,  maunya duduk paling depan..." aku Matt. "Emang kenapa kalo dicap Ambitu? Show the haters your two middle finger to them..." kata Nicholas optimis. "Ya udah deh..." jawab Matt pasrah.

The BromanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang