Prolog

466 44 104
                                    

Aku, kamu, dan kita masing-masing punya luka. Selalu dalam benak luka itu muncul tiba-tiba. Terkadang aku berpikir, usaha untuk mengenyahkan luka yang sebenarnya itu apa? Tanpa menghilangkan bekas, jejak, apalagi seputar ingatan. Itu kendala dalam tiap orang menghadapi luka.

Aku, kamu, dan kita mungkin pernah berpikir untuk cara mengenyahkan luka dengan cara sendiri. Melupakan, merahasiakan, atau mengikhlaskan? Entahlah bagiku semuanya tak bisa benar-benar mengenyahkan luka dalam jiwa.

Merahasiakan? Itu sebenarnya mudah, tapi bukankah itu menyiksa diri semakin mudah juga?

Melupakan? Kau yakin bisa benar-benar melupakan tanpa bekas, itu usaha keras, tapi kalau tidak mampu bukankah juga luka semakin membara?

Pilihan terakhir mengikhlaskan? Baiklah ini usaha paling keras dari kedua pilihan. Mengikhlaskan semua hanya karena luka semata. Lalu apa arti semua bila hanya diikhlaskan?

Aku, kamu, dan kita sama-sama mencari cara untuk membuat luka hilang. Bagaimanapun caranya. Karena kebahagiaan tak akan muncul apabila luka juga tak ikut serta.

Jadi, usahamu apa?

Kilana

Aku menjejelkan martabak spesial panas ke dalam keranjang sepeda angin. Pantatku daratkan secara mulus di atas sadel spons warna hitam keabu-abuan yang telah pudar warnanya karena termakan usia. Tak terlalu tua tapi cukup menyita ketegaran sepeda angin. Kedua tanganku menggenggam erat stir sepeda dan kakiku menginjak pedal untuk memutarkan rantainya kemudian diikuti kedua roda. Hingga telah melaju sepeda warna biru tua itu di atas bumi bulat nan menggemaskan.

Di persimpangan jalan aku menarik rem secara perlahan untuk menahan agar roda tak melaju terlalu cepat, hingga tibalah saat kakiku mulai berpijak di atas tanah. Tak lupa agar kaki sepeda menahannya agar tak roboh. Di samping taman aku memarkirkannya agar dihinggap nyamuk. Mengambil satu kantong plastik putih beraroma telur untuk dialih fungsikan oleh majikan. Aku mengetuk pintu sebanyak tiga kali hingga tergeraklah engsel pintu dan menyembulkan wajah ibu-ibu. Aku tersenyum untuk menyapanya.

Forget The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang