Part 5. Target Masa Depan

78 22 1
                                    

"Berlagak tulilah ketika seorang sedang merendahkanmu, karena sesungguhnya mereka dahulu yang merendahkan dirinya sebelum merendahkan orang lain"
____________________________________

Kilana menatap jadwal Ulangan Bulanan yang telah dipegangnya. Melirik Irada yang lagi-lagi mengeluh tentang betapa cepatnya waktu berlalu hingga UB kini di depan mata. Tak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Kilana, meski Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) pun ia tak pernah khawatir.

SMA Langit Biru mempunyai sistem tersendiri bagi para muridnya. Selalu mengadakan ulangan tiap akhir bulan dengan nama lain UB. Diadakan UB ini bertujuan umtuk mengetes dimana tiap kemampuan peserta didiknya dalam menyerap perbab yang mereka pelajari, juga mengetes keaktifan para guru pengajar dalam mendidik muridnya. Semua menguntungkan bagi kedua pihak, maka dari itu para murid harus menerima adanya sistem ini.

Jangan lupakan satu sistem yang saat ini dianggap memicu kedengkian juga memicu semangat. Peringkat, siapa lagi yang tidak tahu dengan kata tersebut. Sebagian kecil menyetujui dari adanya sistem peringkat untuk mendorong semangat pelajar supaya lebih giat membangun prestasi, namun tak urung juga beberapa orang kurang menyetujui karena adanya sistem peringkat membuat batas antara mereka yang bodoh dan yang pintar. Meskipun begitu pihak sekolah tetap menerapkan sistem ini dengan tujuan menjunjung dan menampakkan dimana kemampuan tiap masing-masing pelajar.

Bagi para peringkat 1 sampai 10 adalah sebuah kebanganggan. Jika juara bertahan selain mendapat gratis spp sampai lulus, mendapat perlakuan khusus oleh para guru pengajar, dan mendapat les gratis sampai lulus. Bagi peringkat 11 sampai 20 mendapat gratis spp setahun dan les setahun. Bagi peringkat 21 sampai 30 mendapat gratis spp setahun. Namun bagi peringkat bawah hanya mendapat perlakuan ketat dari para guru berang. Sedangkan bagi para peringkar tengah-tengah diajar oleh para peringkat 1 sampai 30 dengan bergilir tiap minggunya. Jadi tak heran banyak para calon anak SMA ingin bersekolah di sana karena sistemnya sangat terdidik.

"Na kapan lo bisa masuk lima besar?" Irada membuka buku Bahasa Indonesia sembari bertanya.

"Masuk sepuluh besar aja syukur gue," ujar Kilana ringan.

"Coba aja Livana nggak ngekang, pasti deh lo bisa naik peringkatnya. Itu juga kenapa Digan si peringkat satu plus ketos diem aja." Irada mulai mengomel panjang lebar mengenai kelakuan Livana yang berlagak ratu, padahal kan ini yang kena imbsnya Kilana sendiri.

"Livana itu udah biarin lah kelakuannya gimana, senggaknya gue nggak berurusan sama dia. Digan sih nggak tahu masalah itu dari awal sampai sekarang."

Mendengar penjelasan Kilana membuat Irada kurang puas. Ingin sekali ia melawan Livana apabila posisinya di sekolah tidak terlalu penting. Sudah menjadi ketua modelling, peringkat dua, dan punya kemampuan fotografis. Semua hanya andai saja apabila Livana hanya makhluk biasa tanpa kemampuan.

Livana siapa yang tak tahu dia? Punya posisi penting dalam sekolah. Pembawa harum nama sekolah, punya paras cantik, walau para cewek lain nggak kalah, kemampuan fotografisnya yang tak bisa diragukan, juga sebagai benteng Luan. Luan dianggap pacarnya padahal tidak, hanya mengaku-ngaku saja.

Sedangkan Kilana sangat jauh apabila dibandingkan dengan Livana yang serba sempurna. Peringkat sepuluh yang tak ada apa-apanya, perempuan biasa tanpa kelebihan paras cantik namun orang-orang menganghapnya cantik, kalem padahal sadis, dan siswi tak poluler. Sama sekali tak pantas dibandingkan dengan Livana bukan?

Panggilan-panggilan, panggilan ditujukan kepada peringkat satu sampai sepuluh supaya berkumpul di perpustakaan mini saat ini juga. Sekali lagi panggilan....

Forget The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang