"Ketika dengan perlahan rasa penasaran akan bermetamorfosis menjadi rasa sayang, kita sebagai manusia pantaskan mengelak ketika takdir mulai menguasai?"
___________________________________
Jangan pernah remehkan ucapan lelaki jika tak mau menahan muka memerah. Itulah yang Luan anut untuk membungkam mulut penuh kuman yang perempuan punya, supaya tidak membuka dan menimbulkan penyakit.
Niat awalnya memang membuka buku kecil milik Kilana yang nama lainnya atau kerennya diary. Dia memang melakukannya, dan sudah berlalu dari beberapa jam yang lalu. Tapi ada beberapa sudut lain mungkin hatinya yang mencegah untuk membuka diary itu. Namun ia sudah berniat sejak awal untuk membukanya, paling sedikit selembar. Jadi ia tidak ada urusan lagi dengan hatinya yang bertolak belakang dengan tangannya yang segera membuka satu lembar.
"Asal gak banyak gapapa kali," katanya pada diri sendiri.
Terbukalah pada lembar pertama yang kosong. Apa-apaan! Kalau begini jadinya ia harus membuka lembar selanjutnya, yang dalam arti dua lembar telah terbalik dan terlihat. Jangan sampai kosong lagi, Luan akan membakar buku ini sekarang juga.
Pikirannya mulai teringat tentang ucapannya. Bahwa ia berjanji akan membuka jika Kilana membantah. Tapi kemarin Kilana hanya menolak ajakannya untuk pulang terlalu sore yang memang awalnya kemauannya dia sendiri. Jadi bila dipikir-pikir ada hak Luan untuk membuka walau selembar atau hanya bagian belakang cover?
Turuti saja apa maunya. Luan benar-benar telah membukanya beberapa waktu lalu. Jadi ini terlalu tanggung untuk ditutup begitu saja karena sebuah janji yang Kilana ingkari.
Terpampang dengan besar pada lembar kedua. Lana. Hanya kata itu yang tertulis, disertai bebetapa riasan memperramai seperti bintang terkikis atmosfer, love yang melayang hingga menghancurkan bentuk, bunga berkelopak hampir lepas, dan tak lupa balon-balon berterbangan yang seakan akan lepas landas di udara mencari kebebasan supaya tak terkurung lembar kusut.
Siapa Lana? Luan sepertinya tidak mengenalinya atau tidak mengenalinya. Lana apa sangkut pautnya dengan Kilana?
"Kilana? Lana? Namanya kayak dipisah. Apa Lana adalah Kilana yang sengaja dibedakan? Atau kembaran?"
Luan semakin bingung dengan nama tersebut. Hanya pada awal diary ia disuguhkan sebuah nama yang hanya terdiri dari empat huruf sudah membuatnya berpikir logis. Apalagi ia membuka ke halaman selanjutnya? Bisa mati terkapar dengan otak tercecer? Atau Luan membakarnya sebelum otaknya tercecer.
Sengaja ia membuka halaman selanjutnya. Biasanya seseorang menuliskan sebuah namanya di akhir tulisannya, dan di sana memang ada. Awalnya masih dengan nama Lana, namun pada halaman hampir bagian akhir Luan dibuat akan membakarnya ketika namanya berganti menjadi Kilana. Simpulan tentu dapat ditarik dengan makna yang menggantung.
"Lana adalah Kilana," simpul Luan sembari menutupnya, "lalu kenapa diubah padahal itu artinya sama? Bebelit amat nih orang. Irada pasti tahu."
⏱⏱⏱
Entah hal apa yang membuat Luan menjadi pribadi yang lain. Dari hal ia berani membuat keputusan, menanggung risikonya, dan mau bersusah-payah mencampuri uruusan lain.
Sengaja ia menunggu di bibir kantin, menunggu seseorang untuk mengorek sebuah informasi. Meski tidak yakin akan berhasil, ia tetap mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget The Secret
Teen FictionRahasia, kebahagiaan, dan luka. _________________ Tiap orang punya kisah sendiri dalam hidupnya. Begitu pun kita. Kita bertemu tanpa sebab tapi berakibat. Bagi aku maupun kamu. Aku dan kamu punya luka, untuk mengenyahkannya aku memilih merahasiakann...