"Dunia tak akan penuh dengan orang-orang yang jahat dan baik, melainkan banyaknya orang-orang yang tak mau peduli."
____________________________________Dengan terpaksa Kilana harus pasrah pulang dengan Luan, lagi-lagi dengan ancaman satu lembar akan terbaca jika ia membatah perintah Luan.
Sampai di Warung Nomor Siji mereka berhenti. Kilana melihat motor Luan terparkir di dekat pohon mangga.
"Lo parkir di sini An?" tanya Kilana memastikan.
"Kalo telat gue parkir di sini. Nitip ke PaEng lumayan gratis," jawabnya sembari mendekat ke arah motornya. Namun saat ia sampai justru Luan berhenti sejenak lalu masuk ke dalam warung yang teramat sederhana. Sedangkan Kilana hanya menunggu di luar karena bingung mau berbuat apa.
"PaEng helm Luan mana?" Luan masuk dan mengambil satu pisang goreng yang masih hangat.
"Mboh ora eroh. Lha wong aku mau metu³." Lagi-lagi selalu begitu jika Luan bertanya, Pak Eeng atau Luan sering memanggilnya dengan sebutan PaEng kerap kali berbicara menggunakan logat Jawanya.
[³: Gak tahu. Tadi aku keluar.]"Yaah masa' ilang lagi," keluh Luan.
"Salahmu dewe, ngerti helm bolak-balik ilang sek ae dibaleni maneh,⁴" ejek Pak Eeng tak peduli.
[⁴: Salahmu sendiri, tahu helm bolak-balik hilang masih aja diulang lagi.]Luan menjadi kesal karena Pak Eeng mengejeknya, tanpa pamit apalagi membayar pisang goreng yang dimakan ia keluar dan mengajak Kilana segera naik.
"Na, beli helm dulu, ya, punya gue dicolong lagi."
"Lagi?" tanya Kilana makin bingung. Ia memakai helm biru milik Luan.
"Iya, gue sering kehilangan helm."
"Yaudah jalan deh nanti keburu kesorean!" titahnya yang dibarengi melajulah motor biru tua membelah jalanan kota Surabaya.
Setelah sampai di toko khusus helm yang tak terlalu besar, Luan turun dari motornya. Ia segera masuk karena tak mau membuat Kilana menunggu lebih lama. Setelah mendapatkan helm yang sama dengan model yang biasa ia beli dengan segera dibayarnya.
Luan keluar dari toko dengan membawa helm berwarna hitam, yang mirip dengan helm miliknya tapi dipakai Kilana meski beda warna.
"Gimana-gimana udah kayak couple 'kan?" Luan menaik turunkan alis hitamnya.
"Najis!" gumam Kilana pelan. Ia menoleh ke daerah sekitar kemudian matanya tertarik pada beberapa penjual makanan dan minuman yang sangat menggugah perutnya.
"An ke sana yuk, makan!" ajaknya girang. Bahkan ia sampai menarik pelan tangan Luan yang hangat.
"Nanti kesorean Na, pulang aja deh."
"Gapapa, sekali-kali." Kilana tetap merajuk seperti tadi. Luan tersadar dari perubahan sikap Kilana yang berubah drastis karena mendengar atau melihat makanan dan minuman. Ini bisa dibuat cara jitu untuk meluluhkan hati Kilana yang keras.
"Oke," jawabnya singkat namun senyum cerah tak luput dari wajahnya.
Setelah memasuki area penjualan yang resmi mata mereka berkeliar untuk memuaskan hasrat perut yang membuncah. Kaki mereka terus berjalan tak tentu arah. Hingga Luan harus berhenti ketika melihat pergerakan Kilana berhenti di sebuah kedai es cream dan batagor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget The Secret
Teen FictionRahasia, kebahagiaan, dan luka. _________________ Tiap orang punya kisah sendiri dalam hidupnya. Begitu pun kita. Kita bertemu tanpa sebab tapi berakibat. Bagi aku maupun kamu. Aku dan kamu punya luka, untuk mengenyahkannya aku memilih merahasiakann...