Part 12. Siapa Dalangnya?

53 10 32
                                    

"Akan ada maksud di balik setiap kejadian yang sama sekali tak disangka."
____________________________________

Kilana sedang asyik menyeruput choco caramel yang kini tersaji di depannya. Jangan lupakan Irada yang selalu setia berapa di sampingnya yang sekarang sedang mengunyah roti bakar yang baru saja dibelinya. Kantin hari ini memang cukup ramai, namun jangan remehkan tenaga Irada dan Kilana yang super gerak cepat kalau masalah makanan.

"Oyyy, Na sendirian aja nih?" tanya Luan yang kini telah duduk manis dengan teh manis yang ada di tangannya. Kilana menghela napas jengah, selalu begitu jika Luan tiba-tiba datang di hadapannya.

"Lo kira gue apaan?" sidir Irada ketus. Kemudian arah pandangan ketus Irada beralih dari Luan ke Nazel yang baru saja datang, seketika senyum cerah menghiasi wajahnya. "Hai Nazel," sapanya ramah pada cowok polos nan lugu yang biasanya tolol.

"Ehhh ada Irada di sini, ngapain?" tanyanya juga ikut serta duduk di samping Luan.

"Lagi ngejar berudu," jawab Gama ketus. Gama ikut serta duduk di samping Luan.

"Gama jangan gitu sama Nazel." Gama mendengus jengah karena Irada yang tak memihaknya. Dan Nazel kini tengah tersenyum lebar karena dibela.

"Hawa-hawanya ada cinta segitiga nih," sindir Luan yang kini menatap secara bergantian kepada Irada, Nazel, dan Gama. Kilana yang paham dengan sinyal Luan hanya tertawa geli karena melihat wajah mereka.

"Siapa?" tanya Nazel lagi.

"Berudu sama cupang," jawab Gama cepat. Nazel mendengus kesal karena mendapat jawaban kurang memuaskan dari Gama yang menurutnya jawaban tolol sepanjang sejarah Nazel.

Panggilan-panggilan, panggilan ditujukan kepada peringkat satu sampai sepuluh supaya berkumpul di perpusrakaan mini sekarang juga, panggilan....

Kilana yang mendengar suara Digan dengan jelas melirik pada Luan yang masih khidmat menyeruput es teh manisnya seakan-akan panggilan tersebut tidak menyangkut dirinya. "Heh biji ketumbar, ada panggilan noh buru ke sana!" Tangan yang terkena embun minumannya sengaja ia cipratkan ke wajah Luan.

Luan menoleh cepat karena merasakan wajahnya terkena cipratan air dengan sensasi dingin. Wajahnya yang blo'on terlukis jelas. "Apaan?" tanyanya dengan bingung.

"Ada panggilan di perpus mini," jelas Kilana.

"Lo aja lah ke sana, malas gue. Lagian bulan depan peringkat gue bakal balik," tolaknya yang masih menyeruput tenang esnya. Seakan-akan jika saja ia berhenti menyeruput es tehnya maka kematian akan menghampirinya.

"Lo dulu ke sana An, barangkali ada info."

Luan berdecak namun tak urung ia berdiri dengan membawa es teh manisnya.

"Eh ke perpus ga boleh bawa makanan," peringatnya tajam.

"Ini minuman," elaknya cepat.

"Yee sama aja," ujar Irada menyahut.

"Beda Ra, kalo minuman diminum dengan cara diteguk, kalo makanan dimakan dengan cara dikunyah," jelas Nazel panjang. Semua penduduk di meja menepuk jidatnya kasar. Sedangkan Luan tertawa keras menyetujui opini Nazel sembari berjalan menuju perpustakaan mini. Baru beberapa langkah seketika terhenti.

Forget The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang