"Setiap tawaran selalu membuat kebingungan, tapi tawaran juga tak selalu baik. Menerima atau menolak tawaran juga berefek esok hari."
____________________________________Luan secara bergantian melirik Kilana yang hanya terpisahkan oleh dua meja dengan bakso ayam di depannya. Kemudain beralih pada Gama dan Nazel yang juga ikut melirik keadaan sekitar kantin. Seperti rencana kemarin, Luan betulan membuat Kilana sebagai target pacar pura-puranya.
Mengapa Kilana? Padahal banyak cewek siap mengantre 24 jam untuk Luan. Karena menurut Luan, Kilana itu berbeda. Hanya Kilana yang berani memukul Luan. Hanya Kilana yang berani beradu mulut dengan Luan. Juga hanya Kilana yang tak tahu secara persis siapa Luan. Semua itu pasti menguntungkan bagi Luan.
Setelah mengosongkan mangkok baksonya dan menyeruput teh dinginnya Luan menyingkirkan semua mangkok yang ada pada meja yang ditempatinya, tak luput dari mangkok dan gelas milik kedua sahabatnya. Mereka berdua hanya bisa menghela napas kesal memghadapi kelakuan Luan. Meja telah lumayan bersih karena semua telah disingkirkan, dan Luan menaiki meja kantin yang ditempatinya tanpa rasa malu.
"Test, test, mohon perhatian!" Suara Nazel membuat kebisingan dalam kantin berubah menjadi sunyi walau masih terdengar sayup-sayup segelintir orang berbisik. "Kali ini Luan si ganteng tapi koplak mau kasih pemberitahuan," lanjut Nazel serius. Saat itu pula lah kantin hening.
"Oke siang semua, gue mau bicarain sesuatu dan gue saranin kalian jangan sambil makan karena gue takut kalian keselek." Kata pembuka dari Luan membuat banyak bisikan semakin bersahut-sahutan. Membuat kembali kagaduhan akibat suara para kaum hawa. Bagaimana kaum adam? Hanya menatap malas Luan yang lagi-lagi cari perhatian.
Sesekali juga Luan melirik Kilana lagi. Memastikan bahwa target tetap di tempat dan menyimaknya dengan baik.
"Karena sebentar lagi mau UB gue mau buat taruhan buat diri gue sendiri."
Nazel menggeleng takjub, tak menyangka Luan doyan taruhan.
"Jadi intinya, kalo gue bisa masuk sepuluh besar...." Luan sengaja menghentikan ucapannya untuk membuat sensasi penasaran pada penduduk kantin. "Kilana akan jadi pacar gue," lanjutnya sembari menunjuk Kilana yang mengerjapkan matanya bingung.
Semua pasang mata menatap Kilana. Sedangkan dirinya hanya membalas semua tatapan dengan gelengan. Kilana sama sekali tak tahu menahu jalan cerita ini. Tapi Kilana tak bisa diam, ia berniat membalas, "Kilana siapa yang lo maksud?" Kilana merapalkan doa sebanyak mungkin dan mencengkram jemari Irada gemas.
"Kilana siapa Zel, Ma?" Luan mengendikkan dagu kepada dua kawannya meminta jawaban.
"Kilana Resilda kelas sebelas IPA dua," jawab Gama mantap.
Tangan Kilana dibanjiri keringat akibat ucapan Gama. Dia sungguh bingung dengan semuanya, apa maksud di balik semua.
Tapi Kilana hanya bisa bisa menggigit bibirnya gemetar saat banyak pasang mata elang menghujamnya kejam.
"Oke silakan dilanjutkan istirahatnya." Tutup Luan sembari meloncat dari meja ke lantai. Kemudian disusul Gama serta Nazel mengikuti Luan berjalan keluar kelas.
"Ra pergi yuk gue nggak kuat, gue jotos juga itu Luwak," ucap Kilana mendesis penuh ancaman. Irada mengangguk dan berdiri selanjanjutnya mereka berdua berlari cepat dan diikuti tatapan penuh tanya.
Saat melihat Luan dan para kawannya tak jauh dari jaraknya ia masih berlari Kilana menghentikan langkah dan diikuti pula oleh Irada. Melepas sepatu hitamnya bagian kiri dan ia lemparkan ke arah Luan penuh emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget The Secret
Teen FictionRahasia, kebahagiaan, dan luka. _________________ Tiap orang punya kisah sendiri dalam hidupnya. Begitu pun kita. Kita bertemu tanpa sebab tapi berakibat. Bagi aku maupun kamu. Aku dan kamu punya luka, untuk mengenyahkannya aku memilih merahasiakann...