Nge vote itu gak susah:')
Aku terbangun. Pemandangan yang pertama kali ku lihat adalah adanya seseorang yang tidur di sofaku. Naufal. Ternyata dia menginap. Aku tidur sangat lelap sampai tak ingat jika Naufal menginap. Aku bangun lalu menghampiri Naufal yang tidur begitu lelap.
"Fal, bangun. Sholat, yuk." Kataku lembut sambil mengelus kepalanya pelan.
"Hmmm...."
"Bangun, sholat dulu."
"Iya, yuk." Dia duduk. Mengumpulkan ingatannya.
"Aku wudhu duluan, ya?" Kataku lalu meninggalkannya.
Untuk kedua kalinya aku sholat diimami Naufal. Pukul 04.45. Bandung masih hening, membuatku lebih khusyuk. Terlebih mendengar lantunan ayat suci yang dilantunkan Naufal, hatiku sejuk mendengarnya.
"Kamu nginep?" Tanyaku sambil membereskan mukena.
"Hm. Gak tega ninggalin kamu. Aku udah bilang ke mama kok. Kata mama boleh asal jangan macem-macem. Kalo ada ibu kost bilang aja aku kakaknya. Gitu sih kata mama." Jelas Naufal nyengir.
"Mmm gitu."
"Apanya yang masih sakit?"
"Masih berasa remuk sih badannya. Pusing nya udah agak mendingan."
"Ya udah, kamu tiduran lagi. Aku nyari bubur buat sarapan."
"Eh, gak usah. Aku masak aja, deh. Aku udah gak apa-apa, Fal. Udah, kamu mandi gih. Aku nyiapin sarapan dulu."
"Berasa udah nikah." Kata Naufal nyengir.
"Ih, apaan sih." Kataku malu.
Selagi Naufal mandi, aku menyiapkan sarapan. Aku memilih untuk memasak nasi goreng. Sebenarnya pusingku masih sangat terasa. Apalagi badanku yang rasanya tak karuan. Tapi aku tak ingin menyusahkan siapa pun.
"Udah, yang?" Tiba-tiba Naufal datang.
"Yang? Tiang maksud kamu?" Tanyaku sambil sedikit tertawa.
"Yang itu sayang. Masa tiang, sih."
"Oh, hehehe. Dikit lagi."
"Semangat sayang. Berasa udah punya istri." Katanya sambil tertawa geli lalu mengacak rambutku.
"Ih, kamu. Apaan sih. Udah belum mandi, rambut di acak-acak. Makin jelek aja aku." Kataku sebal.
"Siapa yang bilang? Cantik banget, kok, lucu. Udah keliatan keibuannya." Katanya sambil memandangku.
"Tua banget?"
"Ih, aku gak bilang kamu tua. Bilang kalo kamu itu udah keliatan keibuannya."
"Ibu-ibu kan tua, Fal."
"Gak semua, sayang."
"Terserah, deh."
"Ih, kok gitu?"
"Enggak." Jawabku sambil memasang muka yang ditekuk sebal.
"Calon istri idaman banget." Katanya sambil tertawa, menggodaku agar tak cemberut lagi.
Aku menuangkan nasi goreng ke atas piring. Masakanku siap disantap. Aku makan sambil duduk di sofa bersama Naufal. Sesekali Naufal menggodaku. Sampai-sampai sakitku pudar seketika. Pagi-pagi sudah diberi sarapan manis seperti Naufal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Melupakan Hujan
Short Story[SELESAI] Salsabilla Hussain, seorang remaja perempuan pecinta hujan. Menurutnya hujan memberikan sejuta kejutan dan cerita untuknya.