7

2K 96 8
                                        

Untung. Tak kesiangan lagi hari ini. Aku bergegas bangun dan sholat subuh. Aku sempat membereskan kamarku. Rasanya tak ingin se-sial kemarin. Semoga hariku lebih baik hari ini dengan adanya hujan. Ya, pagi ini hujan. Membuatku sulit terbangun, tapi aku tak ingin kesiangan lagi, aku memaksakan bangun.

Jam dindingku sudah menunjukan pukul 07.31 , aku siap berangkat. Hujan tak terlalu deras. Sepertinya aku bisa bermain dengan hujan. Tak akan terlalu basah jadinya. Aku pun memakai jaket. Dingin.

Aku semangat menuruni tangga kost-an ku. Hati kecilku berharap Naufal menjemputku pagi ini. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Harap-harap cemas. Aku membuka pintu gerbang. Hanya ada satu mobil honda jazz berwarna merah. Entah punya siapa. Aku berjalan agak merapat dengan mobil itu karena ada motor berpapasan denganku.

'Dukkk.'

Tiba- tiba pintu mobilnya terbuka dan mengenaiku. Sakit. Aku mengelus pelan pipiku. Dan seorang remaja perempuan berseragam sama sepertiku keluar dari mobil itu.

"Oh, ini yang namanya Salsa?" Ucapnya.

"I..i..iya kak." Kataku gugup.

"Lo pasti tau gue. Gue terkenal di sekolah. Banyak yang bilang gue nakal. Tapi tenang, gue gak akan gigit. Gue cuma mau bilang ke lo. Tolong, ya, jadi anak tuh jangan songong. Lo tau diri dikit dong. Lo tau apa salah lo?"

Aku menggeleng pelan.

Aku amat tau orang ini. Michelle. Kelas 12. Dia terkenal di sekolah akan kecantikkannya, namun juga akan kenakalannya. Brandal.

"Aduh, masih enggak nyadar juga, ya. Peringatan pertama buat lo. Jauhin Naufal. Lo baru beberapa hari deket sama Naufal aja udah bikin dia susah tau. Lo tau semalem dia berantem sama Aldo? Motifnya apa? Rebutin lo! Heh, barang murah tuh emang, ya, selalu aja di ributin. Ampun, deh. Dek, lo mulai sekarang ngaca, ya. Lo bukan siapa-siapanya Naufal dan sebaliknya, Naufal bukan siapa-siapa lo. Jangan rugiin idup orang lah dek. Gara-gara kejadian semalem dia sekarang gak bisa masuk sekolah. Dia di keroyok gengnya Aldo. Terus dia udah cemarin sekolah kita karena semalem dia diamanin polisi. Gara-gara siapa? Gara-gara lo! Ini peringatan pertama buat lo. Awas lo ya. Minggir. Gue mau jalan."

Aku berjalan lemas. Air mata yang sudah terbendung sekarang mulai membasahi pipi. Aku berlari, tak ingin kesiangan. Sampai ke sekolah aku masih menangis. Banyak yang menatapku dengan seribu tanya. Aku sampai di kelas.

"Aca, lo kenapa?" Ica kaget mungkin melihatku seperti ini.

Aku duduk di tengah tengah mereka yang sedang berkumpul. Aku menangis tersedu. Dipeluk Ica.

"Ca, kenapa? Lo jelasin ke gua siapa yang udah bikin lo kayak gini!" Kata Ijem.

"Gue selalu salah ya? Gue itu harus hidup kayak gimana lagi, sih? Gue gak pernah bikin hidup orang seneng. Gue rugiin terus semua orang. Gue cuma parasit. Kenapa gue ada di dunia ini kalo gue kerjaannya bikin orang susah?" Aku berbicara cukup kencang sambil menangis. Mengadu kepada mereka.

"Ca, jangan bilang gitu. Lo segalanya buat kita. Siapa yang bilang lo rugiin?" Rena menenangkan.

"Ceritain semuanya ke kita." Kata Selvi.

"Lo tau kak Michelle kan? Dia tadi ada di depan kost-an gue. Dia bilang Naufal sekarang gak sekolah gara-gara berantem sama Aldo, dia di keroyok gengnya Aldo. Katanya ngerebutin gue. Emang kemaren itu Naufal gak salah. Dia dingin gara-gara mau nyelesein masalah sama Aldo. Aldo bilang gue pacarnya. Naufal gak terima terus mereka berantem gitu. Terus dilanjut malemnya. Gue gak tau bakalan kayak gini. Gue udah larang Naufal. Tapi dia gak pernah bisa gue halangin. Michelle nyuruh gue buat gak deket-deket lagi sama Naufal, gue cuma nyusahin dia katanya. Sebegitu nyusahin gue?." Tangisku semakin menjadi.

Aku Ingin Melupakan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang