1

7.9K 157 15
                                        

"Huft, capek banget gue. Mana abis ini harus latihan paskibra lagi." Keluhku.

"Ngapain lo ikutan kalo lo bakalan ngeluh gini. Capek ah gue dengerin keluhan lo, mana abis olahraga , panas panas gini, capek , dan lo ngeluh terus ah." Balas temanku jutek. Annisa Nurjannah si tukang kentut -maaf ya Nis-.

Memang dia sahabat terbaik menurutku. Teman satu kelasku. Masih banyak sahabat yang lain di kelasku. Mereka yang selalu ada sampai saat ini. Mereka tak pernah menjauh. Tak seperti yang dulu. Sahabat yang ternyata menjadi pengkhianat. Tak apa, aku tak membenci kalian sahabatku yang dulu. Tapi aku sudah terlanjur nyaman dengan yang baru.

"Caaaaa , lo bawa air minum gue ya? Dasar lo ya jail banget." Siti mengamuk padaku. Teman sebangku, sahabat terbaikku. Ah aku beruntung ditakdirkan bersama dengan mereka.

"Siti lo apaan sih ngamuk ngamuk gak jelas sama gue. Bukan gue yang ngambil. Tuh si Ninit tuh!" Balasku sambil menunjuk kepada Tiranita. Sahabatku juga. Terbaik.

"Ca , eh, lo fitnah banget ya. Mana berani gue jail sama si Ijem. Gue tau lah ngamuknya dia gimana. Tuh tadi gue liat si Ican yang bawa." Amuk Ninit pada Siti yang biasa kita sebut Ijem. Dia mengamuk sambil menunjuk Insan, atau biasa kita sebut Ican.

"Tadi kan yang bawa si Selvi." Jawabnya tenang. Memang dia itu terkalem.

"Ada yang manggil gue? Ada apa?" Sambar Selvi. Sahabatku tercempreng suaranya. Maaf ya sel.

"Lo bawa air minum si Ijem gak , Sel?" Kata Ican.

"Dih, enggak. Tadi si Rena yang bawa." Sewot Selvi.

"Nih, Jem. Makasih ya tadi gue sama Merlina haus banget. Untung ada minum lo. Maaf ya hehehe. Abis tadi lo tinggalin sih." Tiba-tiba Rena datang bersama Merlina. Mereka sahabatku paling telat mikir. Tapi aku sayang hehehe.

Akhirnya aku selamat dari amukkan Ijem. Bukan ngamuk seperti beruang raksasa sih. Tapi ya begitu lah. Mereka konyol. Tapi mereka hebat.

"Seluruh pelajaran hari ini telah selesai. Sampai jumpa esok pagi dengan semangat belajar baru." Bel pulang pun berbunyi. Hari ini jadwal aku dan Ninit piket. Membersihkan kelas. Aku lekas menyapu kelas bersama Ninit. Pelajaran olahraga kelasku ada di jam terakhir. Jadi aku tak perlu ganti baju untuk latihan Paskibra. Suasana hatiku masih stabil sampai beberapa menit kedepan, saat ada hal yang tak terduga.

"Nit , piket hari ini cuma kita ?" Tanyaku.

"Kan yang 3 orang lagi cowok. Mana mau mereka nyapu apa ngepel." Jelasnya.

"Iya juga sih. Gue belum beres-beres, nih. Bentar ya gue ke dalem dulu."

Ninit masih sibuk menyapu halaman kelas. Aku sudah mengepel tadi. Lelah. Sekarang tugas Ninit membersihkan halaman kelas. Aku pun sibuk dengan bukuku yang harus aku bereskan. Harus nya Rena menungguku. Rena juga ikut Paskibra untuk 17 Agustus nanti. Tapi dia sudah duluan. Mau makan dulu ke kantin katanya.

"Ca, ada yang manggil nih!" Suara Ninit mengagetkanku.

"Siapa? Bentar dulu!"

Aku keluar. Seseorang berdiri di depan kelasku. Laki-laki. Aku jelas tahu dia. Sesuatu terjadi diluar dugaanku. Apakah ini mimpi? Apakah aku berkhayal? Atau Ninit mengerjaiku? Aduh, sial. Bagaimana bisa Ninit mengerjaiku? Kalo tidak dia siapa lagi? Toh hanya ada dia di kelas. Tinggal berdua.

Aku Ingin Melupakan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang