"Heh."
Adelia tetap tak berkutik, ia masih tenggelam dalam lamunannya.
"Woi."
Sekali lagi tak ada jawaban dari gadis itu hingga akhirnya Sanha mengguncang cepat bahu Adelia.
"WEIS SANTAI." Bentaknya kepada Sanha membuat lelaki itu terkejut hingga menjauhkan diri.
"Lo yang bikin gak santai! Dipanggil.berkali-kali gak disahutin," ucap pemuda itu jadi kesal sendiri melihat kelakuan tak biasa Adelia. "Lo kenapa sih? Abis di tembak? Lempeng amat muka lo." Tebaknyaa sembarangan walau kenyataannya membuat Adelia mengangguk lemah.
"Bodo ah, San. Bingung gue," rutuknya kembali dan meletakkan kepala keatas meja lalu mengacak rambutnya frustasi.
Sanha yang mendengarnya jadi mengerjap cepat dan mendekatkan diri ke gadis itu. "LAH LAH ANJIR SERIUS? SAMA SIAPA WOI!" hebohnya membuat Adelia menutup kedua telinganya.
"Ck, berisik lo, galah berjalan! Gue lagi mode senggol bacok, jadi jangan ganggu gue dulu." Katanya membuat Sanha merapatkan bibir dan menjauhkan diri.
Pikiran Adelia sangat kacau untuk saat ini, terjebak dalam 'mencintai seseorang dan dicintai orang lain' ternyata susah, jalan keluarnya kalau gak move on ya jadian sama salah satunya.
Atau lepas keduanya.
🌸🌸🌸
"Kak Win! Tunggu!" Pekik gue dan berlari kearahnya dengan tergesa-gesa.
"Kenapa?" tanya cowok itu datar dengan tatapan dingin.
Ganteng sih, tapi ini beneran Kak Winwin? Katanya Kak Winwin orangnya rada ogeb gitu, tapi kok dingin gini hawanya?
"Tau Kak Taeil gak?" tanya gue yang sedari tadi gagal buat ketemu sama itu orang.
"Coba cari di perpus, kayaknya masih disana, deh." Katanya agak melunak lalu melambai kearah belakang gue dan bilang. "Sayang!"
Gue refleks noleh belakang, lihat Kak Pinky udah lari kearah Kak Winwin.
Wait, bukannya Kak Winwin sama Kak Xiao? Wah bener kalo namanya Prabu Winata, titisannya Prabu Pandhu Dewanata nih punya istri dua ntar anaknya lima.
"M-makasih, Kak." Ucap gue dan pamit pergi darisana. Yakali gue mau lihatin orang pacaran.
Gue langsung jalan cepet ke perpus tapi sebelum sampai sana gue udah ketemu sama orangnya di jalan.
"KAK!" Pekik gue dan melambaikan tangan ke arahnya, ngasih sedikit ringisan.
Ia balik melambaikan tangan dan terus melangkah maju hingga kita berhadapan dengan jarak yang terbilang lumayan dekat.
"Kenapa, Del?" tanyanya meminta penjelasan.
Gue ngebuka resleting tas yang paling besar dan mengeluarkan secarik kertas yang sengaja gue lipat dua. "Punya Kakak ketinggalan tadi." Jelas gue lalu menyodorkannya ke si pemilik sah kertas tersebut.
"Alhamdulillah, gue cariin sejak tadi padahal, makasih ya." Katanya dan akan beranjak pergi, namun dengan sigap gue nyekal tangan dia, bodo amat dikata gak sopan.
"Kak, aku ada satu pertanyaan," ucap gue kini bertukar tatap sama Kak Taeil, biar ketahuan dia bohong atau nggak, itu kata Sanha.
"Hm? Mau tanya apa?" doi balik tanya, nadanya tetap tenang seperti biasa.
Gue berdehem kecil lalu merogoh saku baju, mengeluarkan sebuah amplop berawarna ungu pastel kearahnya. "Ini, Kakak yang kirim kan?" tanya gue langsung ke doi.
Mulutnya jadi merapat sekarang, matanya melirik kekanan sepersekian detik, dia diam agak lama sebelum menghela nafas dan menjawab. "Bukan gue,"
Mata gue jadi menyipit menatapnya makin curiga, karena gue udah tahu kalau dia yang ngirim.
"Bohong. Tulisan tangan Kakak sama si pengirim ini hampir mirip." Sudut gue makin membuat cowok itu melengos kasar namun sepersekian detik kemudian ia tersenyum kecil.
Ia balas menatap gue dengan tatapan yang mungkin kalau kalian pandang bakal langsung jatuh ke doi. Gimana ya? Tatapannya tenang, teduh, bikin hati adem kalau lihat.
"Hm, kalau kamu tahu kenapa kamu tanya ke saya?" dia balik nanyain gue.
Dan, tunggu, panggilannya berubah jadi 'saya-kamu' terlebih nada bicara Kak Taeil yang halus nan kalem itu sukses buat nyaman, nyaman ditelinga gue. Apa gini cara semua cowok bikin luluh hati cewek?
"Kalau kamu mastiin, iya. Itu tulisan tangan saya. Bagus kamu bisa tahu sendiri." Katanya menjelaskan dengan akhiran seperti memuji atau menyindir, entah.
Dia ngambil surat itu lalu menyelipkannya ke salah satu bukunya, ganti mengambil surat lain berwarna merah muda dari sakinya dan menyodorkannya ke gue.
"Surat terakhir buat kamu, selamat udah nemuin 'si pengirim surat' itu." Lanjutnya dan berjalan pergi nhelewatin gue setelah gue nerima surat itu.
Gue ngerutin dahi heran dan perlahan ngebuka amplop kecil merah muda itu dan menarik isinya keluar.
Sebuah kalimat yang tertulis disana berhasil ngebuat gue membeku ditempat untuk kesekian kalinya.
'MY LOVE AT FIRST SIGHT' dilanjut dengan emoticon seperti senyuman namun dengan huruf U besar sebagai kode yang merujuk pada si pembaca.
![](https://img.wattpad.com/cover/121103268-288-k847094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Level Up ●Na Yuta ✔
Короткий рассказ[AU] Ketika mendekati doi sesusah menaikkan level game dari warrior jadi legendary. >Supported Media by Salgoo< ©2017 -lilvain