01. One Day

2.8K 354 20
                                    

Gadis berambut pendek sebahu itu berjalan duduk tempatnya setelah usai memperkenalkan diri.

Adelia Permata namanya, biasa dipanggil Adel atau Lia, kulit mulus, bersih, bening, hidung mancung, rambut hitam legam, bibir pink alami. Snow White IPA 7 kalau kata Euiwoong.

Sekarang sudah waktu istirahat tapi dia sama temen sebangkunya lagi mager-magernya buat jalan ke kantin.

"Hng, sekolah kita telat banget kalo masalah ekskul ya? Udah jalan dua bulan masa baru dibagiin brosur buat ngisinya." Kata Adelia dan mendapat anggukkan dari temannya.

"Iya ih. Telat begete." Jawab temannya itu.

"Lo mau ikut ekskul apa?" tambah si gadis, Yelly Natasha. Tapi nama artisnya sih Yeri, katanya.

"Bahasa Jepang? Gue pengen banget masuk sana soalnya." Ucap Adelia dengan semangat

Yeri meliriknya nakal, dengan senyum menggoda. "Bilang aja pengen ketemu ketua komunitasnya-kan?"

Adelia hanya mengangkat sebelah alisnya bingung. "Hah? Emang ada begituan ya?"

"Ya ada lah!" Serunya seakan punya telinga sendiri. "Kalo gue sih mau ikut basket. Mayan liat Kak Ketos yekan."

"Emang siapa Ketosnya? Gue anak baru jadi belum begitu ngerti." Tanya Syifa yang memang belum tahu menahu soal isi sekolah barunya ini.

Yeri terlihat memandang kekanan ruang kelas dimana jendela dengan gorden terbuka menampilkan pemandangan luar kelas mereka yang kebetulan dekat lapangan sekolah.

"Itu! Itu!" gadis berambut panjang bergelombang itu menunjuk-nunjuk sekumpulan pemuda berjalan ditengah lapangan menuju suatu ruangan.

"Yang mana sih? Banyak banget ah elah." Kata Syifa yang masih meneliti satu persatu dari enam wajah disana.

"Yang lucu itu, pipinya gemesin. Jaehyun namanya."

Rambut hitam yang ditarik kebelakang hingga memamerkan dahinya, pipi yang berisi dengan lesung pipi yang tercipta ketika ia menarik kedua sudut bibirnya, kulit bersih dan badan yang tinggi. Selera Yeri level Dewa banget.

Lah si kampret? -Adelia, 16 tahun. Anak pindahan SMA xx.

Ia kembali meneliti wajah pemuda itu. "Oh dia Kak Jay, gue kenal sama dia."

"Lah? Seriusan?!" tanya Yeri berapi-api setengah terkejut. "Tapi kok namanya Jay? Anjay?" nadanya jadi melemah dengan kalimat bertanya.

"Nama lengkapnya siapa dulu?"

Yeri berpikir sejenak. "Setahu gue nama aslinya sih..."

"Jaehyun Wijay-- lah? Jay dari Wijaya?"

🌸🌸🌸

Waktunya kelas tambahan bagi para siswa baru. Iya ekstrakurikuler.

Gak banyak yang ikut komunitas Bahasa Jepang, katanya sih susah, selain itu ketuanya ngeri, katanya.

"Anak Bahasa Jepang ya?" tanya Adelia saat berpapasan dengan murid cewek yang berjalan kearah lab bahasa.

"Maaf, Aku anak jurnal. Kayaknya Lab Bahasa Jepang ada dideket Perpus deh, yang itu buat Bahasa Mandarin." Jelasnya dan pergi meninggalkan Adelia yang sudah manggut-manggut mengerti.

"Hah, deket perpustakaan. Jauh amat dari sini anjai, kenapa juga gak seruangan sama lab bahasa yang lainnya? Nyusahin." Dumelnya sendiri yang sudah kesal karena harus berjalan lebih jauh.

Duk

Tanpa disadari Adelia menabrak seorang cowok yang entah kenapa ia tidak merasakan adanya sosok cowok itu tadi.

"Elah, jalan yang bener dong." Katanya tajam tanpa berteriak, dari suaranya saja ia sudah kelihatan lelah.

"Ya maaf." Adelia menipiskan bibir, merasa ciut apalagi ketika melihat wajah cowok itu yang kelihatan garang dengan earphone yang terpasang pada sebelah telinganya.

Tapi cakep sih, batinnya.

"Cih." Cowok yang sepertinya kakak kelasnya itu hanya berdecih lalu pergi tanpa mengucap sepatah duapatah kata lagi padanya.

Dan terdengar seruan.

"Bagi yang ikut ekskul Bahasa Jepang harap berkumpul di Lab Bahasa dekat perpustakaan."

Yang bener aja dia ikut ekskul Bahasa Jepang. -Adelia, 16 tahun. Sedang bingung.

🌸🌸🌸

"Pertama kami ucapkan selamat pada kalian dan terimakasih sudah memilih dan memasuki ekskul ini." Kata seorang senior yang bermata sipit, kayaknya yang ada disini keturunan orang Jepang semua deh, batin Adelia yang merasa sangat lokal.

"Saya sebagai Ketua ekskul ini berharap kita semua dapat belajar dengan aktif dan menyenangkan." Ucap cowok yang sempat Adelia tabrak tadi. Sekarang ia ingin mengatai Yeri, yang model begini mau dikeceng.

Hingga lima belas menit berlalu dan mereka telah menentukan kelompok belajar untuk berdiskusi serta pengarahan bersama para senior.

Kenta megang kelompok satu, Hyuk di kelompok dua, Mina di kelompok Tiga, Minhyun megang kelompok empat, Momo kelompok lima dan Adelia yang sengaja duduk paling pojok serta tidak mendapat pasangan terpaksa harus satu kelompok bersama si Ketua. Nakamoto Yuta.

Cukup adil mereka rasa, karena peminat ekskul ini tidak begitu banyak jadi setiap kelompok berisi tiga orang termasuk pembimbing alias senior.

"Hhh zonk banget." Gumamnya dan tidak ia sangka Yuta mendengar hal itu.

"Gak usah sok paling ok." Komentarnya berhasil menusuk Adelia.

Ia melirik cowok yang kini memasang ekspresi dingin itu. "Yaudah dong gak usah sensi, Kak."

Namun perkataannya barusan hanya dianggap angin lalu oleh Yuta.

Dilihatnya Mina berjalan kedepan kelas dan menuliskan sesuatu dipapan tulis.

"Yap. Tugas pertama buat kalian. Kalian disini harus mengetahui terlebih dahulu kosakata dan jenis-jenis huruf yang digunakan sebelum memasuki pembelajaran. Kalian bisa juga tanya-tanya lewat kami, para pembimbung dan akan dimudahkan dengan grupchat atau personal chat dengan pembimbing masing-masing." Jelasnya dan kembali menuliskan sesuatu di papan tulis.

Sebuah id line yang ia bagikan secara cuma-cuma.

"Di add aja, terus kenalkan diri kalian baru bisa aku masukin ke grup chat." Tambahnya sebelum mengakhiri pembelajaran.

"Kak, boleh minta id-nya?" tanya Adelia agak takut pada Yuta. Takut ditusuk Yuta lagi.

"Jangan sok akrab kalo level lo masih dibawah gue."

Level Up ●Na Yuta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang