.
Ten menatap taeyong yang sedang duduk diam dihadapannya. Sedari tadi ten menunggu taeyong mengucapkan sesuatu. Entah itu selamat pagi atau hal lainnya yang sering taeyong ucapkan.
Taeyong memakan sarapannya tanpa mempedulikan ten yang terus-terusan memperhatikannya. Taeyong sadar namun pikirannya mengatakan untuk tidak mempedulikan ten saat ini.
Ten tetap diam dikursinya saat taeyong mulai bangkit dan berjalan kearah dapur menaruh piring kotor.
Ten ingin sekali berbicara sesuatu pada taeyong tapi nyalinya terlalu ciut. Taeyong yang sedang mendiamkannya saat ini sangat seram sekali. Wajahnya tidak ada ekspresi apapun. Datar sekali. Membuatnya takut.
"Dad?" Ten memberanikan diri menghampiri taeyong.
"....." Taeyong diam tidak menanggapi. Tapi telinganya selalu terpasang untuk mendengarkan ucapan apa yang akan ten lontarkan.
"Eung..." Hanya dengungan gelisah yang taeyong dengar dari mulut ten.
Taeyong menghela nafas berbalik kearah ten.
"Ten.." Taeyong menipiskan suaranya.
Ten mengadahkan kepalanya melihat taeyong. Tatapan ten penuh harap. Pasti taeyong tidak akan kuat mendiamkannya terlalu lama.
"Kau berangkat dengan paman shin saja. Daddy ada urusan penting dikantor."
Deg! Tidak sesuai harapannya.
Ten merasa lemas sekali ketika taeyong dengan cueknya berjalan melewati ten.Tanpa ucapan selamat pagi. Tanpa kecupan-kecupan ringan yang sering taeyong berikan. Tidak ada perhatian yang ten dapatkan. Melainkan sebuah perasaan yang berkecamuk dihatinya mendapati taeyong bersikap dingin.
Ten tidak pernah merasakan sebelumnya. Ini pertama kali dalam hidupnya taeyong mengabaikannya.
. . . .
. . . .Ten sangat pendiam hari ini. Membuat doyoung bingung setengah mati. Doyoung sudah bertanya berkali-kali apakah ten ada masalah? Tapi ten tetap diam membungkam mulutnya.
Apa yang sedang dihadapannya ini bukan ten?
Atau jangan-jangan makhluk tak kasat mata?
Hihhh doyoung menggedikkan bahunya ngeri.
"Aku tidak kerasukan doyoung." Ten mendelikkan matanya sebal.
"Habis aku bingung tiba-tiba saja kau menjadi pendiam seperti ini." Gerutu doyoung.
"Haaahhh...." Ten menompang dagunya. Helaan nafas berat keluar begitu saja.
"Daddy marah denganku"
"Marah? Kau membuat masalah?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Hanya saja aku sedikit melawan ketika dia bilang jaehyun tidak baik untukku. Dia melarangku dekat-dekat dengan jaehyun. Padahal jaehyun anak baik."
Kali ini doyoung yang menghela nafas sambil memajamkan matanya. Ten, temannya ini terlalu lugu atau mungkin terlalu bodoh.
"Aku juga merasa jaehyun tidak baik untukmu. Jadi aku sarankan tidak usah berteman dengannya."
Ten membelalakkan matanya. Doyoung ini berada dipihak taeyong? Kenapa mereka bisa sepikiran?
"Kalian itu hanya melihat lewat cover saja. Aku terkadang bingung dengan kalian. Selalu saja menjudged orang tanpa mengenalnya lebih dalam."
"Apa kau memang sudah benar-benar mengenalnya lebih dalam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
D-daddy! (Taeten)
FanfictionTen tidak butuh siapa siapa lagi karena ten sudah mempunyai daddy yang kapan pun akan menemaninya. bagaimana kisah hidup sang anak dan daddy nya? let's read.