.
.
"Ten, tolong pasangkan dasiku!" Ten segera membangunkan diri dari acara tidurnya dikasur lalu menghampiri taeyong yang sedang sibuk memasang dasinya sambil bercermin."Daddy kenapa sih? Bukannya bisa pasang dasi sendiri?" Ten menggerutu namun tetap saja memasangkan dasi yang menjuntai dilehernya taeyong.
"Hmmm" Taeyong menundukkan kepala untuk melihat ten.
"Nah sudah" Ten mendongakkan kepalanya menatap taeyong yang juga menatapnya sedari tadi.
"Ada apa?" Ten menatap taeyong dengan bingung karna melihat wajah serius taeyong.
"Kau tidak lupa ini hari apa kan ten?" Taeyong menatap ten dengan dalam.
"Inget kok, ini hari sabtu"
"Oh gosh" Taeyong memejamkan matanya sambil menarik nafas.
'Sabar yong' Gumam taeyong pelan hampir nyaris tak terdengar oleh ten.
"Kau berbicara sesuatu dad?" Ternyata ten sedikit mendengarnya dengan samar.
"Hah? Tidak kok" Taeyong tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya.
"Sudah rapih kan? Ayo kebawah untuk sarapan. Aku sudah memasak saat kau masih tertidur tadi" Ten menggandeng tangan taeyong.
"Kau sedang belajar menjadi istri yang baik ten?" Taeyong berbisik ditelinga ten sehingga membuat telinga serta wajah ten langsung memerah mendengarnya.
Ten langsung menginjak kaki Taeyong.
"Aduh sakit ten" Taeyong mengaduh kesakitan.
"Kau pantas mendapatkannya dad" lagi, ten menginjak kaki taeyong lalu berlalu pergi meninggalkan taeyong yang sekarang ini sedang berjongkok sambil mengelus kakinya yang diinjak oleh ten.
"Ten sensi amat sih? Udah hari ulang tahunku tidak ingat sekarang malah marah-marah" Dumel taeyong.
Setelah reda rasa sakit dikaki nya akhirnya taeyong memilih menyusul ten untuk sarapan..
.
."Hoy" Mark menepuk pundak ten.
"Oh mark, duduk." Mark mengangguk lalu mendudukkan dirinya.
"Ada apa meminta-ku datang kesini?" Mark meminum latte yang sudah sengaja ten pesan untuk mark.
"Buat nemanin aku"
"What? Kemana?"
"Nanti kau juga akan tau sendiri"
"Kau main rahasiaan denganku jadinya nih?" Mark menaik turunkan alisnya.
"Tentu saja" Ten tersenyum jahil.
"Oke oke" Mark menganggukan kepalanya.
"Jadi? Mau berangkat sekarang?" Mark berdiri sambil memutar kunci mobil di jari telunjuknya.
"Haha kajja" Ten menaruh uang diatas meja agar pelayan yang menggambilnya.
Ten berdiri lalu berjalan menyusul mark yang jalan terlebih dahulu."Kau semangat sekali" Ten memukul pundak mark pelan setelah mensejajarkan langkahnya dengan mark.
"Karna sahabatku ini membuatku penasaran yang berujung semangat untuk segera mengetahuinya" Mark merangkul pundak ten.
"Haha apaan sih" Ten hanya menggelengkan kepalanya. Mark hanya tertawa menanggapinya sambil terus merangkul ten sampai parkiran.
Mark menekan tombol remote kunci mobil sehingga alarm mobilnya berbunyi menandakan pintu mobilnya sudah tidak terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
D-daddy! (Taeten)
FanfictionTen tidak butuh siapa siapa lagi karena ten sudah mempunyai daddy yang kapan pun akan menemaninya. bagaimana kisah hidup sang anak dan daddy nya? let's read.