.
Taeyong berulang kali mengatur napasnya. Sialan amarahnya benar-benar di uji oleh bocah tengik itu. Taeyong sengaja tidak membalas dan mendiamkannya bagai angin lalu tapi makin kesini taeyong tambah muak. Kelakuannya benar-benar sudah mencapai batas perkiraannya.
"Hyung!" Doyoung menyadarkan taeyong.
"Tidak usah membuatku kaget doyoung." Sentak taeyong. Demi tuhan taeyong tidak sengaja sampai membuat doyoung langsung diam seribu bahasa.
"Selang seminggu pertunanganku dangan ten akan berlangsung."
"What?" Doyoung tekejut.
"Secepat itu?" Tanya doyoung.
"Kau yakin hyung?" Tanya doyoung kembali.
"Semakin cepat maka semakin baik kan?"
"Aku tidak terlalu yakin." Resah doyoung.
"Aku yang akan ngatur semuanya. Demi tuhan aku hanya percaya padamu doyoung. Jaga ten selama disekolah. Selang seminggu ini aku rasa akan berat bagiku." Ujar taeyong.
Doyoung memperhatikan taeyong dan yang ia dapatkan dirinya tidak dapat membaca wajah taeyong. Membingungkan dan tidak dapat ditebak.
"Tentu, tidak perlu kau minta pun aku akan melakukannya hyung"
. . . .
. . . ."Ten.." Ten melirik dan melihat jaehyun melalui cermin toilet.
"Boleh bicara sebentar?" Jaehyun sudah berdiri tepat disamping ten.
"Siapa yang larang? Bicaralah jaehyun." Ten menoleh menatap jaehyun.
Keadaan hening seketika. Ten menunggu jaehyun untuk berbicara.
"Kau kemana saja?"
"Maksudmu?" Ten agak tidak mengerti arah pembicaraan jaehyun.
"Maksudku, kau tidak masuk beberapa hari ini." Jelas jaehyun.
"Kau kemana saja?" Tanya jaehyun sekali lagi.
"Ah itu.."
"Aku sakit jaehyun.."Jaehyun memperhatikan ten yang tampak gugup dihadapannya. Matanya juga tidak menatapnya kembali, selalu menghindar dari tatapan jaehyun.
"Yasudah kalau begitu aku duluan ya.." Ten buru-buru pergi setelah pamit. Jaehyun sedari tadi tidak sekalipun melepas pandangannya dari ten. Tangannya terkepal saat menyadari ten mulai menghindar darinya.
. . . .
. . . .Ten duduk dikoridor sekolah. Masih ramai dengan murid yang berlalu lalang. Ten bingung pulang dengan siapa? Akhir-akhir ini mark susah ditemukan dan sekarang doyoung pun ada pelajaran tambahan. Kenapa doyoung tidak bolos saja? Kalau begini ten bingung pulang dengan siapa.
Ah iya, ten kan ada ponsel. Kenapa tidak kepikiran meminta taeyong untuk menjemputnya? ah dasar bodoh.
"Demi tuhan kenapa ponsel daddy tidak aktif?" Sungut ten.
"Aku pulang dengan siapa astagaaa.." Ten menghentakkan kakinya dilantai.
"Kenapa aku manja sekali sih? Bukankah ada taxi? Kenapa tidak naik taxi saja? Lagi pula bus juga jam segini masih ada kan?" Ten bermonolog sendiri.
"Tapi aku tidak terbiasa naik bus.." Ten menghela nafas panjang. Tubuhnya langsung tumbang menyender ditembok.
"Oh astaga masalah pulang saja membuatku seperti orang gila!" Ten meremas rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D-daddy! (Taeten)
FanfictionTen tidak butuh siapa siapa lagi karena ten sudah mempunyai daddy yang kapan pun akan menemaninya. bagaimana kisah hidup sang anak dan daddy nya? let's read.