Tentang Serigala Muda

15.3K 2K 273
                                    


Ten baru saja membuang sampah saat Doyoung keluar dari apartement tetangga Taeyong dengan wajah memerah dan senyum terus mengembang.

"Doyoung? Hei!! Doyoung!!" Ten menarik lengan Doyoung saat pemuda kelinci itu berjalan melewatinya begitu saja.

"Eh! Ten? Sejak kapan kau disini?"

Ten merengut. Kerasukan jin jenis apa sahabatnya ini?

"Sudahlah kau tak perlu tahu sejak kapan! Kau dari rumah siapa?"

Wajah Doyoung kembali memerah malu. "Ra-ha-sia!!"

"Yakk!!"

"Kau tidak perlu tahu.. Kau cukup menunggu kabar bahwa aku memiliki wolfie dari seorang dokter ortopedi."

"Heh??!!! Siapa yang-"

"Sssttt!! Jangan berisik. Aku sedang bahagia jadi aku malas mendengar kecerewetan mu. Okay?!"

Setelahnya ia mengecup pipi Ten dan berjalan pergi sambil melompat-lompat kecil. Terlihat sekali jika ia sedang bahagia.

"Dasar aneh!" Ten bergumam. Ia berbalik ingin membuka pintu.

"Siapa yang aneh?"

Ten terlonjak kaget. "Astaga hyung!!"

Taeyong mengangkat bahunya acuh, tangan kanannya segera merangkul Ten dan tangan kirinya menekan password pintu.

"Hyung bertemu Doyoung?"

"Iya!"

"Apa Doyoung menyapa?"

Taeyong mengangguk. "Bahkan dia tersenyum kelewat lebar!"

"Dia aneh! Tadi dia keluar dari rumah tetangga depan!" Cerita Ten saat tangannya sibuk menuang sirup mangga.

Taeyong berdecak, "Ternyata dia omega yang agresif juga ya! Tetangga depan itu Taeil hyung!"

"What??!! Taeil hyung kan cinta pertama yang belum dan tidak dapat dilupakan Doyoung!!!" Ten memekik kaget, bahkan gelas berisi minuman dingin untuk Taeyong hampir tumpah.

Taeyong mengangguk saat Ten meletakkan segelas minuman dingin.
"Barang-barang mu sudah datang?"

"Iya.. Mereka juga sudah menyusunnya di kamar. Tapi hyung aku tadi pulang sebentar untuk ijin dengan ayah dan ibu. Tidak enak jika hanya menelepon."

"Iya.."

Ten meremas jemarinya gugup. "Aku juga cerita pada ibu tentang kejadian kemarin dan kejadian hyung hampir masuk penjara karena melindungi aku!"

Taeyong tersedak minumannya saat itu juga. Rasa panik menguasai dirinya.
"Jadi bagaimana reaksi ibu?"

"Katanya tidak apa-apa. Asal kita baik-baik saja."

"Syukurlah."

Hening menguasai mereka. Ten masih meremas jemarinya gugup sementara Taeyong mulai sibuk membalas pesan dari asistennya di kantor. Ia harus bicara tentang perasaan yang tiba-tiba mengganjal di hatinya.

"H-hyung.."

"Hmm?" Taeyong merespon tanpa mengalihkan tatapanya dari ponsel.

"Ada yang ingin aku tanyakan.."

Taeyong dengan wajah kesal menempelkan ponselnya menghubungi seseorang. Asistennya benar-benar menjengkelkan.

"Katakan saja sayang.. Aku akan mendengarkan!" Balas Taeyong. Padahal setelah mengatakan itu Taeyong sibuk mengomeli asistennya dengan kata-kata pedas.

Ten menunduk ragu. "Tidak jadi hyung.  Besok saja."

Ten beranjak dari sofa dan masuk kedalam kamar meninggalkan Taeyong yang terdiam. Tak lama setelah Ten menghilang di balik pintu kamar Taeyong mengumpati asistennya yang membuatnya kesal dan membuatnya harus mengacuhkan Ten.

Begin - TaeTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang