Taeyong tidak mengerti mengapa dirinya berdiri disini, kenapa ia berdiri dengan linangan air mata dan rasa sakit, ia sungguh tidak mengerti.
Napasnya berat dan dadanya begitu sesak akan luka, ia ingin berteriak marah dan memaki siapapun si brengsek yang membuat Ten seperti ini, memukuli siapapun yang membuat Ten-nya seperti ini, ia ingin, tapi ia tidak dapat melakukan itu semua karena si brengsek itu adalah dirinya.
Tuhan memberinya hukuman yang sepadan dengan rasa kecewa yang Ten rasakan, siapa yang tidak kecewa saat tahu belahan jiwanya telah kotor dan berkhianat sebelum takdir Tuhan mempertemukan.
"Ten." Taeyong mengusap wajahnya kasar, tubuhnya gemetar dan ia merasakan lututnya kembali nyeri.
"TAEYONG!!" Taeil berlari mendekati Taeyong yang berdiri di depan pintu ruang operasi.
Taeyong menatap Taeil dengan tatapan penuh penyesalan, Taeil segera memeluk Taeyong erat dan memberi tepukan di punggung pemuda tampan itu.
"Tidak apa-apa, menangislah."
"Hyung."
Taeil terus menepuk punggung Taeyong, berusaha menenangkan perasaan calon ayah tersebut.
"Menangislah adik ku, tidak apa-apa."Akhirnya tangis Taeyong pecah, ia terisak pelan di bahu Taeil. Taeil tahu dibalik sosok Taeyong yang sering membuatnya kesal tersimpan begitu banyak luka mendalam dan Taeil tidak ingin menyembunyikan rasa khawatirnya pada Taeyong yang telah ia anggap adik. Ia membiarkan Taeyong menangis layaknya manusia biasa, melupakan hukum tak tertulis yang menyatakan alpha tidak pantas menangis.
"Ten ku hyung."
"Kita hanya mampu berdoa untuk keselamatan mereka Taeyong." Kata Taeil.
"Ini semua salah ku."
"Tidak ada pihak yang bersalah saat ini, kau telah berusaha merubah semuanya dan Ten juga telah berusaha sekuat yang ia bisa, jangan menyalahkan diri mu lagi."
Taeyong menggeleng, "Andai aku tidak mengencani banyak omega, andai aku tidak brengsek, andai aku tidak menjadi pembully-"
Taeil melepas pelukanya lalu menepuk bahu Taeyong dan menatapnya tegas.
"Tidak ada pengandaian Taeyong, jangan mengatakan hal yang tidak dapat diubah ataupun diwujudkan! Itu semua masa lalu!!""Aku menyesal."
"Kau sudah mencoba yang terbaik, tidak ada yang perlu disesalkan."
"Tapi-"
"Aku sudah menganggap mu sebagai adik ku dan aku tidak suka memiliki adik yang terlarut dalam penyesalan padahal ia telah berusaha untuk memperbaiki diri!"
Taeyong mengangguk pelan dan mengusap air matanya. "Terima kasih hyung."
Taeil tersenyum tipis dan menepuk bahu Taeyong sekali lagi. Taeyong menatap Taeil yang memilih duduk di kursi tunggu, ia tak menyangka dibalik sifat pendiam dan masa bodoh yang di tunjukkan Taeil selama ini tersimpan pemikiran dewasa dan sikap penuh kasih sayang.
"Duduklah."
Taeyong baru saja mengangguk saat pintu ruang operasi terbuka kasar, refleks kedua alpha berbeda jenis itu segera mendekati perawat yang keluar.
"Siapa matenya?"
"Saya!" Taeyong segera menyahut.
"Kami butuh dua kantung darah alpha Ny Lee." Kata perawat itu.
Taeyong segera mengangguk yakin sementara Taeil melotot kaget.
"Dua kantung kata mu?!" Tanya Taeil keras.Perawat itu mengangguk yakin. "Ya Dr. Moon, kami butuh darah alpha Ny Lee untuk membantu regenerasi tubuhnya, beliau kritis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin - TaeTen
FanfictionORIGINAL STORY! JANGAN TANYA LAGI! Ten menangis bukan karena ia tak tahu lambang siapa yang muncul di lengannya. Ia menangis karena lambang itu adalah milik Lee Taeyong. Taeyong x Ten A.B.O 28 Oktober 2017 - 03 November 2018