Tangan kecil itu menengadah, berusaha menampung tetes air hujan yang turun dari langit, ia tertawa saat dinginnya air membasahi lengannya. Dia Mark, jagoan kesayangan Lee Taeyong yang mewarisi seluruh kekuatan Lee Taeyong bahkan melampauinya.
"Papa!!" Teriaknya saat melihat seorang laki-laki dewasa berjalan mendekati ruang kelas kindergarten tempatnya bersekolah, ayahnya terlihat keren dengan payung biru tua di tangan.
Mata Mark berbinar saat ayahnya berjalan tegas dan cepat tanpa peduli setelah kantornya kotor. Ia merentangkan tangannya saat Taeyong kian dekat.
"Hei!" Sapa Taeyong sambil mencubit hidung mancung sang putra.
"Kenapa menunggu di luar? Mark kan tidak pakai mantel." Tanya Taeyong sambil melepas jasnya dan memakaikanya pada tubuh Mark.
"Pakai jas milik papa saja, hehehe.."
Taeyong tersenyum lalu mengusap lembut kepala sang anak, "sebelum pulang Mark harus memberitahu miss Jane kalau papa sudah menjemput."
"Aye aye captain!"
Mark segera berlari memasuki sekolahnya dan memberitahu sang guru yang berjaga di meja resepsionis.
Taeyong tersenyum saat melihat Mark berlari menghampirinya lalu menggenggam jemari Taeyong.
"Ayo pulang papa! Mark lapar."
"Tidak ingin papa gendong?"
Mark mendongak melihat ayahnya yang menunduk dengan senyum hangat, ia berpikir apakah ia harus naik ke punggung hangat dan nyaman sang ayah atau berjalan dengan kakinya sendiri karena ia adalah alpha?
Ayahnya selalu berkata tentang tumbuh menjadi mandiri dan dewasa, dan Mark pikir meminta gendong bukan hal mandiri walau usianya masih sangat pantas untuk meminta gendong.Taeyong terkekeh pelan melihat wajah dilema sang anak, "tidak masalah, Mark."
"Tapi kata papa, Mark alpha yang harus mandiri."
Senyum Taeyong berubah hangat, ia mengusap kepala sang putra lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Mark.
"Mark memang alpha, tapi Mark masihlah anak-anak, anak papa dan mama.. Suatu saat, saat Mark tumbuh besar, Mark akan tahu kapan harus menjadi mandiri dan dewasa.."
"Tapi.."
"Mandiri bukan berarti melakukan semua hal sendirian dan dewasa bukan hal yang hanya bisa di dapat dari kata-kata, sayang.. Kau akan mengerti seiring berjalannya waktu."
Taeyong benar-benar ingin anaknya menjadi pribadi yang kuat dan hebat, tapi ia rasa ini belum saatnya, Mark masih anak-anak yang ingin di manjakan dan Taeyong pikir tidak masalah asal tidak berlebihan. Taeyong tidak ingin Mark tumbuh menjadi anak nakal sepertinya dulu, ia benar-benar harus mendidik Mark dengan kasih sayang bukan kekerasan.
"Jadi Mark masih ingin berjalan sendiri?"
Mark tak menjawab apapun namun ia segera melingkarkan tangannya ke leher Taeyong dan itu berhasil membuat Taeyong tertawa.
"Astaga.. Bayi kecil ini minta di gendong.."
"Tidak apa-apa.. Karena Mark masih kecil." Balas Mark sambil menyembunyikan wajahnya di bahu sang ayah.
"Mark boleh minta gendong sampai kapanpun.. Selama papa mampu, papa akan melakukannya, karena apa?"
"Karena Mark adalah putra papa.." Cicit Mark.
"Benar!"
"Apa Mark juga bisa meminta cium dan peluk pada mama sampai kapanpun?"
"Tentu sayang.. Karena Mark putra mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin - TaeTen
FanfictionORIGINAL STORY! JANGAN TANYA LAGI! Ten menangis bukan karena ia tak tahu lambang siapa yang muncul di lengannya. Ia menangis karena lambang itu adalah milik Lee Taeyong. Taeyong x Ten A.B.O 28 Oktober 2017 - 03 November 2018