Taeyong menggeram berbahaya, memberi banyak ancaman dan memaksa supirnya untuk melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi. Rasa panik menjalari hatinya.
"Ten! Sayang ku hei!! Kau dengar aku?" Ucapnya panik.
Dengan kasar ia memecahkan kaca mobil miliknya dengan tangan, sang supir berteriak panik. Selama ia bekerja dengan Taeyong ia tak pernah melihat Taeyong sepanik ini. Ia melirik sekilas tuan mudanya yang tak sadarkan diri, ia merasa kasihan. Beberapa jam yang lalu ia masih bisa bercanda dengan sang tuan muda tapi sekarang suasana benar-benar menyesakkan.
"Hei! Maafkan aku.. Ten!"
Taeyong meneteskan darahnya ke luka-luka yang ada di tubuh Ten. Jika darah itu tak menetes lagi ia akan kembali menggores tubuhnya dengan kaca jendela yang pecah dan itu terus berulang hingga Taeyong merasa tubuhnya mulai tak seimbang.
"Tuan besar! Kita sampai!"
Taeyong segera mengangkat tubuh Ten dan sang supir segera memanggil dokter siaga.
Brankar rumah sakit melaju cepat menuju UGD. Taeyong tak dapat mengendalikan dirinya. Selama perjalanan ia terus meracau memohon ampun pada Tuhan agar memberi keselamatan pada omeganya.
"Ten!"
"Tuan!"
"Selamatkan istri dan anakku!! Atau kalian mati di tangan ku!!" Bentak Taeyong frustasi.
Beberapa dokter jaga dan perawat segera menangani Ten. Mereka bekerja di bawah tekanan yang kuat, Taeyong adalah orang berpengaruh dan nyawa mereka benar-benar di pertaruhkan saat menangani Ten.
Taeyong terduduk lemas menanti kepastian dokter. Ia mengusap wajahnya berkali-kali dan merapal begitu banyak doa untuk sang tercinta.
"Tuhan ampuni aku.. Selamatkan Ten dan anak ku!"
"Ten.. Maafkan aku."
"Maaf."
....
Taeyong menatap kosong dokter yang menangani Ten. Dokter itu bersidekap dengan wajah penuh keheranan.
"Jadi? Siapa penyebab ini semua?"
"Aku." Taeyong menjawab singkat.
Dokter berstatus beta itu menghela napas dan membenarkan kaca matanya.
"Kau alpha yang beruntung."Taeyong hanya diam tak merespon apapun.
"Omega mu tak mati kawan! Begitu juga wolfie kalian." Kata dokter itu sarkas.
"Kenapa anak itu tak mati?!"
Sang beta terkejut. "Hei?! Apa aku tak salah dengar? Seharusnya kau tersenyum dan berkata 'syukurlah' bukan-"
"Tidak juga!" Potong Taeyong cepat.
"Maaf sebelumnya. Tapi menurut ku kau pantas mendapat satu gigitan alpha biru."
Taeyong tersenyum miris. "Aku mendapat banyak gigitan. Tapi, dia terlalu baik hingga membiarkan alpha sebrengsek aku hidup."
Beta itu mengangguk. "Oh begitu! Aku pikir wolfie mu hidup karena ingin memeluk ayahnya."
Jantung Taeyong serasa diremas kuat. Pikiran jahatnya benar-benar menjijikan. Ayah macam apa dirinya, alpha macam apa dirinya.
"Aku tidak tahu apa masalah kalian. Tapi, berusahalah untuk selalu disisinya, kali ini kau beruntung. Omega dan wolfie mu masih cukup kuat untuk bertahan. Dan jangan lupa-"
"Aku mau masuk!" Potong Taeyong datar.
"Ouh! Baiklah. Tapi aku mohon jangan berbuat buruk. Sayangi mereka kawan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin - TaeTen
FanfictionORIGINAL STORY! JANGAN TANYA LAGI! Ten menangis bukan karena ia tak tahu lambang siapa yang muncul di lengannya. Ia menangis karena lambang itu adalah milik Lee Taeyong. Taeyong x Ten A.B.O 28 Oktober 2017 - 03 November 2018