Sang Serigala

18.7K 2.3K 330
                                    

Seminggu berlalu. Ten menyilang angka ke tujuh di kalender. Hubungannya dengan Taeyong masih berjalan begitu saja. Heatnya masih terasa, sesekali ia akan merasa panas dan bernafsu, tapi itu masih dapat ia kendalikan asal tidak ada Taeyong di dekatnya. Jika ada, Ten mungkin akan memohon untuk di tandai saat itu juga. Saat itu juga! Walau tempat umum sekalipun.

Mereka bukan lagi werewolf yang tidak tahu aturan, sopan santun dan bar-bar. Bukan lagi. Jiwa wolf mereka masih ada tapi karena perubahan iklim, kondisi lingkungan dan sosial budaya serta semakin pesatnya kemajuan zaman mereka tidak lagi berubah menjadi wolf sesungguhnya.

Hanya pada saat-saat tertentu taring mereka benar-benar keluar dan mata mereka berubah, seperti saat benar-benar bernafsu. Taringnya pun hanya akan keluar sekali, saat penandaan mate.

Saat benar-benar marah dan emosi shift yang terjadi itulah wolf mereka sesungguhnya. Mereka berubah menjadi wolf sesungguhnya. Tapi itu jarang terjadi karena hukum dan undang-undang telah dibuat.

"Ten!!" Seru Hansol saat Ten melamun di brankar ruang kesehatan.

Ten tersentak, "Ya hyung!!" Jawab Ten ceria. Hansol menggeleng.

"Ini obatnya. Jangan lupa untuk diminum, dosisnya dapat dinaikan dua kali lipat jika kau merasa heat mu benar-benar di puncak."

Hansol berusaha duduk di dekat Ten tentu saja Ten segera bergeser dan membantu Hansol yang mulai kesulitan duduk karna perut besarnya.

"Hyung.. Sudah berapa bulan?"

"Delapan.."

"Woooaaa tidak terasa.. Sebentar lagi aku akan mendapat keponakan! Dua kan hyung?"

Hansol tersenyum dan mengangguk. Ia menatap Ten lembut, "Ten bagaimana dengan mu dan Taeyong?"

Senyum Ten luntur dan berganti wajah murung.
"Entahlah hyung. Ini seperti Doyoung mengumpulkan tugas tepat waktu. Mustahil!"

Di ruang lain, Doyoung yang sedang mendapat ceramah dari dosen walinya tiba-tiba tersedak air liur. Tugas Doyoung selalu baik tapi ia sering lupa untuk mengumpulkannya.

"Kau tidak bertanya?"

"Sudah.. Tapi ya begitulah hyung.. Taeyongie hyung menjawab dengan cuek atau malah mengalihkan topik pembicaraan. Aku juga tak enak menanyainya terus, aku takut dia berpikir aku adalah omega yang terlalu menuntut dan tidak percaya pada alphanya."

"Tapi kau tahukan Ten, heat mu akan semakin sering muncul jika tidak segera di tandai Taeyong."

"Iya hyung aku tahu.."

"Hahh~ Sampai sekarangpun aku masih belum mengerti jalan pikiran para alpha. Tidak! Aku bahkan belum mengerti jalan pikiran Johnny."

Ten tertawa pelan, ia membereskan tasnya dan menyimpan kalender lipat serta obatnya.
"Hyung aku harus pulang. Aku rasa Taeyong hyung sudah menunggu di parkiran."

"Ya hati-hati di jalan."

Ten memeluk dan mencium pipi Hansol sekilas sebelum benar-benar pergi dari ruang kesehatan dimana Hansol bekerja sebagai dokter universitas.



..........



Ponsel Ten berdering dengan nada khusus saat ia melewati koridor dekat lapangan basket indoor.

Ten mengangkatnya sambil terus mencari obatnya. Sepertinya heatnya akan terasa lagi, padahal ia baru merasakannya dua jam yang lalu.

"Halo hyung.."

"Ten, maafkan aku tidak bisa mengantar mu pulang aku ada rapat dengan anggota BEM."

"Iya hyung tidak apa-apa.. Aku akan pulang naik bus saja."

Begin - TaeTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang