Akhir

13K 1.3K 141
                                    

"Ayo maju.."

Tanpa ragu Mark menggerakkan floret miliknya untuk menusuk dan membuat ayahnya mundur, beberapa kali ia terkena serangan Taeyong yang membentuk titik merah di jaket putihnya.

Denting pedang tak berhenti bahkan saat Ten datang dengan senampan cemilan dan minuman segar. Beberapa saat ia terdiam melihat putranya begitu lincah menggerakkan floret, bahkan ia melihat jelas bercak tinta di jaket sang suami.

"Metode mudah untuk menghitung skor ya?" Gumamnya sambil terkekeh.

Ten tidak ingin memanggil mereka dan menikmati keseruan diatas matras yang menjadi arena anggar keluarga kecilnya, ruang latihan anggar yang khusus dibuat Taeyong di lantai tiga rumahnya, khusus untuk Mark.

Ten bertepuk tangan setelah Taeyong dan Mark menghentikan latihan mereka sore itu. Ia melambaikan tangan dan dibalas semangat oleh Mark, putra kecilnya itu segera membuka masker pelindung lalu melempar asal pedangnya sebelum menghampiri Ten.

"Mama!"

"Alpha kecil kesayangan mama.. Lelah?" Tanya Ten lembut.

Mark mengangguk cepat, tangannya telah memegang dua keping cookies red velvet sebelum mengucap terima kasih pada Ten karena membawakan camilan.

"Ku rasa hyung kalah hari ini." Kata Ten saat Taeyong berjalan menghampirinya.

Taeyong tertawa pelan, ia meletakkan tangganya di kepala Mark yang sibuk makan.
"Alpha kecil mu ini sudah cukup gesit, tentu aku kalah kan?"

Ten memutar matanya malas, "ya ya.. Tapi aku harus bersusah payah membersihkan tinta merah dan biru yang mengotori jaket kalian."

Taeyong mencubit pipi Ten gemas, "kita bawa ke laundry saja.. Lagipula aku akan membelikan pakaian baru untuk Mark bertanding nanti."

Ten mengangguk setuju dengan rencana Taeyong.
"Terserah hyung saja."

Mark pernah bercerita pada Taeyong jika ia ingin menjadi atlet Taekwondo, Taeyong pikir Mark hanya bercanda karena esoknya alpha kecil itu mengatakan ingin menjadi atlet panahan dan Taeyong yakin Mark akan mengubah cita-citanya seperti kemarin, namun saat Mark melihat pedang anggar yang di simpan Taeyong di gudang saat mereka pindah rumah, Mark langsung meminta pedang yang sama, ia meminta Taeyong mengajarinya dan mendaftar di klub anggar, semenjak itu Mark tidak pernah mengubah cerita tentang cita-citanya.

"Apa David sedang tidur?" Tanya Taeyong.

Ten mengangguk, "ya.. Dia baru saja tidur, bibi Kwon sedang menjaganya di kamar."

Taeyong mengangguk mengerti, sekarang ia tidak hanya memiliki Mark sebagai alpha kecil kebanggaannya, sekarang Tuhan kembali menitipkan alpha kecil untuk keluarganya yang lahir satu tahun lalu.

Nama alpha kecil itu David, alpha muda yang memiliki rupa Lee Taeyong, benar-benar wajah Lee Taeyong, seolah Ten tidak berkontribusi dalam kelahiran sang putra kedua.

"Apa kemarin Lucas menghubungi mu, Mark?" Tanya Taeyong.

Mark mengangguk setelah menelan cookiesnya, "Lucas memberitahu kalau dia akan kembali ke Korea bulan depan. Dia juga menanyakan tentang David, mungkin Lucas ingin memiliki adik selucu David pa.."

"Benarkah?"

"Iya! Lucas ingin bertemu David saat di Korea..Oh! Iya! Mark juga mengajak Lucas untuk bersekolah di sekolah yang sama dengan Mark.. Lucas sangat menyukai basket."

Taeyong mengusap dagunya mengingat salah satu putra Johnny yang berstatus alpha. "Dia memang cukup tinggi untuk ukuran anak berusia tujuh tahun, cocok untuk basket."

Begin - TaeTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang