Hari Terpilih

10.5K 1.5K 93
                                    


Ten menarik napasnya dalam dan menghembuskanya perlahan, rasa gugup memenuhi rongga dadanya dan ia menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah manisnya di poles make up berwarna lembut dan flower crown menghiasi kepalanya.

"Ten?!"

"Ibu aku gugup sekali." Katanya sambil meremas kedua tangannya.

Ibu Ten tersenyum, "Itu wajar sayang ku. Kau akan menikah."

Ten mengangguk pelan dan tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca. "Aku tidak pernah membayangkan akan menikah dengan Taeyong hyung."

"Hngg? Kenapa?"

"Dia primadona dan aku hanya omega lemah yang tak di kenal."

Ibu Ten tertawa pelan dan mengusap pipi putra kecilnya. "Dia begitu terkenal ya? Hingga menjadi alpha pengkhianat?"

Wajah Ten memelas. "Ibu jangan begitu."

Ibu Ten mengusap matanya yang berkaca-kaca. "Ibu sempat kecewa mengetahui fakta ini Ten tapi apa yang bisa ibu lakukan? Ibu hanya bisa berdoa untuk kalian."

"Iya bu. Terima kasih telah menjadi ibu ku selama ini." Ten berdiri lalu memeluk ibunya.

"Ouh! Apa ayah melewatkan sesuatu?" Kata ayah Ten menggoda.

"Sepertinya iya paman!" Sahut Doyoung dengan senyum lebar di wajahnya.

Mereka tertawa sejenak sebelum menghembuskan napas berat.

"Yeah! Baiklah ini saatnya ayah menjadi alpha kedua dalam prioritas hidup mu Ten." Kata ayah Ten berat.

Ten tersenyum. "Ayah akan tetap menjadi alpha nomor satu di hati walau dalam konteks yang berbeda."

Ayahnya tersenyum dan menekuk sikunya. "Ayo!"

Ten mengangguk dan merangkul lengan ayahnya dengan lembut. Jantungnya kian berdegup kencang saat ayahnya membawanya melangkah keluar dari ruang rias.

Semua dilaksankan dengan singkat, lamaran dan segala hal untuk persiapan pernikahan di lakukan dalam waktu satu minggu. Teman-teman mereka banyak membantu dalam urusan penting seperti undangan dan gedung.

Keadaan Taeyong membaik setelah mendapat perawatan intensif dari Taeil dan Ten bersyukur Taeyong dapat berdiri dengan tegap di atas altar. Setelan tuxedo hitam nan mahal, tatanan rambut yang indah dan senyum hangat yang menghiasi wajah tampannya. Sempurna.

Taeyong terlihat begitu sempurna di mata Ten.

Taeyong tidak dapat menghentikan dirinya saat tersenyum, ia melihat Ten berjalan pelan dengan wajah yang begitu cantik dan bersinar. Tuhan memberinya begitu banyak kenikmatan. Ia bersyukur.

Suasana begitu hening saat Ten tiba di depan Taeyong dengan wajah bersemu kemerahan, jantungnya berdetak begitu cepat hingga ia ingin menjerit melihat ketampanan Taeyong yang berlipat ganda.

Taeyong mengulurkan tangannya dan ayah Ten tersenyum begitu hangat, penuh akan rasa percaya.
"Ayah mohon bahagiakan Ten, jangan buat setetes air mata pun jatuh dari matanya. Berjanjilah putra ku."

Taeyong terdiam sejenak sebelum ia mengeluarkan suaranya yang dalam dan menggetarkan hati seluruh orang yang ada, terutama hati Ten.

"Sampai napas terakhir ku berhembus aku akan membahagiakan Ten. Aku tidak berjanji tapi aku bersumpah. Demi diri ku, Ten dan keluarga kami."

Akhirnya ayah Ten mengangguk dengan senyum lega. Ten segera menerima uluran tangan Taeyong dan ia merasakan betapa hangat genggaman itu.

Tangan mereka terkait erat saat pastor melayangkan sebuah pertanyaan dan mereka mengucap janji dengan tegas dari lubuk hati yang terdalam.

Begin - TaeTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang