Arka dan Aku tiba di toko bunga ketika pemilik toko hampir menutup tokonya. Untungnya ibu itu masih mau melayani kami.
"Untung pintunya belum saya kunci." ibu itu tersenyum dengan ramah.
"Ya, hampir saja. Kami ingin bunga anthurium putih yang sehat, Bu." aku membalas senyuman ibu itu.
"Kamu beruntung, stoknya hanya tinggal satu dan yang ini sangat sehat. Saya baru saja menaburkan pupuk tepat sebelum menutup toko." Ibu itu berjalan menyusuri sudut tokonya dan kembali membawa satu pot anthurium putih kepada kami.
"Umm, mungkin ini memang rejeki kami."
"Arka, lihatlah! Ini sempurna. Nenek akan menyukainya."
"Tentu saja nenekmu akan suka, Kin. Dan, lihat apa yang ku temukan."
Pandanganku yang sedaritadi terfokus pada anthurium teralihkan oleh Arka. Ku lihat tangannya telah memegang satu vas mungil bunga hyacinth berwarna ungu. Adalah sesuatu yang langka bisa menemukan bunga itu di daerah seperti kota kami.
"Bagaimana bisa bunga ini tumbuh di sini? Sangat indah." Aku mendekat kearah Arka dan memperhatikan si mungil ungu itu.
"Kamu suka?"
Aku mengangguk dan tersenyum.
"Bu, berapa harga bunga ini?" Arka bertanya pada ibu pemilik toko.
"Apa kau ingin mengutarakan permohonan maaf?" Arka mengernyitkan dahinya.
"Maksud Ibu?"
"Hyacinth diartikan sebagai tanda permintaan maaf." Ibu itu menjelaskan.
"Oh, tidak. Saya ingin membelinya karena teman saya menyukainya."
"Kalau begitu, lebih baik dafodil."
Ibu itu mengambil satu pot bunga dafodil, dapat ku lihat kuningnya yang mencolok.
"Kenapa dafodil?" giliranku yang bertanya.
"Dafodil itu dimaknai sebagai awal cinta yang baru. Dan saya lihat kalian belum memulai hubungan yang sebenarnya."
Aku dan Arka bergantian saling memandang. Dahi kami sama - sama mengernyit.
"Sepertinya saya lebih suka hyacinth ini, Bu." Aku kembali tersenyum kepada si ibu.
"Jadi berapa harga hyacinth ini, Bu?" Arka kembali menanyakan harga.
"Yakin hanya ingin hyacinth?"
"Tentu saja. Lagipula saya belum minta maaf karena memaksanya untuk saya antar pulang." Arka melirik kearahku. Aku tersenyum, Arka selalu punya alasan.
"Baiklah, kalian sangat konsisten. Untuk hyacinth silahkan kalian bawa saja. Tapi anthurium, harganya delapan puluh lima ribu."
Aku senang bisa mendapatkan hyacinth cantik itu. Dan tentu saja anthurium nenek. Dafodil juga cantik. Tapi aku lebih suka ungu daripada kuning.
Kami keluar dari toko bunga. Aku berjalan lebih dulu dengan Arka menyusul sambil membawa pot anthurium.
"Kinar." Aku menoleh ke belakang.
"Ya?"
"Seperti yang ku katakan tadi. Aku minta maaf telah memaksamu untuk pulang bersamaku."Aku tersenyum mendengar kalimatnya.
"Tak apa. Lagipula, jika tanpa kamu mungkin aku tak membawa anthurium pulang hari ini. Tokonya hampir tutup."
Lekukan bibir Arka yang indah menipis saat ia tersenyum. Aku suka melihatnya seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Bulan Jingga
Teen FictionSeparuh memori yang hilang membuat Kinar tak pernah mengenal sosok itu. Ia bahkan tak lagi bisa merasakan hangatnya ikatan itu. Mungkin waktu yang dapat mengungkapnya. Atau mungkin Arka, matahari yang tanpa sengaja mengembalikan semuanya. Kemarahan...