TUJUH

200 11 0
                                        

Aku duduk termenung di depan jendela kamarku. Menikmati angin sore yang sesekali menerpa helaian rambutku. Di tanganku sudah tergenggam secangkir besar cokelat hangat. Suasana yang lengkap untuk beristirahat sejenak setelah seharian mengerjakan maketku.

Aku teringat, besok aku akan melanjutkannya bersama Arka di suatu tempat yang ia rahasiakan dariku. Aku tersenyum saat membaca pesan singkatnya tadi siang. Menebak - nebak kemana ia akan membawaku di akhir pekan besok.

Di tengah - tengah kenikmatanku menyesap sedikit demi sedikit cokelat hangatku, aku melihat di luar jendela ada seorang anak perempuan dan kedua orang tua mereka yang sedang berjalan bersama. Mereka adalah tetanggaku yang tinggal di ujung jalan yang searah dengan rumahku. Tapi aku tak terlalu tau tentang mereka, hanya sering melihat saja.

Ku perkirakan usia anak itu sekitar enam tahun. Kedua tangannya menggenggam masing -masing satu tangan ayah dan ibunya. Dia berjalan dengan riangnya sambil bersenandung. Ayah dan ibunya tampak sangat hati - hati menjaga langkah puteri mereka.

Pikiranku mengawang, bagaimana rasanya menggandeng tangan ayah dan ibu seperti itu? Aku berandai jika gadis itu adalah diriku, apakah di usiaku yang sekarang aku akan tetap tinggal dengan nenek? Aku tidak berharap banyak, aku hanya ingin Tuhan mendatangkan mereka ke hadapanku, walaupun itu hanya beberapa menit saja.

Mataku terus terpaku kepada keluarga kecil itu sampai punggung mereka tak lagi dapat tertangkap oleh netraku.

"Kinar, apa kamu tidakh makan tadi?" aku tersentak mendengar pintu terbuka yang diikuti suara kakek dengan logat Dutch-nya yang sulit ia hilangkan.

Refleks, aku langsung menoleh, "Sudah, Kek."

"Jika sudah, khenapa waterzooi masih banyak?"

"Tidak enak. Ikan dibuat menjadi sup. Kinar tak suka. Kenapa bukan ayam?" kini tatapanku beralih pada bunga hyacinth di sudut jendela.

"Ikan kod itu baik buat kamu. Makanlah laghi!" kakek sedikit menekan kalimatnya.

"Tidak, Kek. Jika ada ontbijtkoek, Kinar mau." ucapku teringat adonan gandum dan cengkeh itu.

Kakek hanya diam dan berangsur pergi dari kamarku. Jari telunjukku masih asyik mengelus helai bunga hyacinth.

Waterzooi adalah sup ikan khas Belanda. Padahal di tempat asalnya sekarang lebih populer dengan ayam, tapi kakek malah membuatkannya dengan ikan kod. Mencium aromanya saja amis ikan itu sudah menusuk  di hidung. Aku tak suka.

Dan ontbijtkoek itu adalah kue yang berbahan dasar gandum yang sekilas mirip dengan kue bolu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan ontbijtkoek itu adalah kue yang berbahan dasar gandum yang sekilas mirip dengan kue bolu. Ontbijtkoek biasanya dibumbui dengan kayu manis, cengkeh, pala dan jahe. Aku menyukainya karena aromanya yang lembut dan rasa gula arennya yang benar - benar manis.

 Aku menyukainya karena aromanya yang lembut dan rasa gula arennya yang benar - benar manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pesan Bulan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang