11. AM I CRAZY?

2.5K 264 22
                                    

anomalee22 present📖


AM I CRAZY

Minyoon


Spesial buat N_eels happy birthday sayangku, ditunggu ff yg buat gue
Sorry hadiah lu pendek gue ngetik di waktu istirahat kerja gue, ini jg pake hp moga suka lafyu





"Jiminie, apa kau mencintaiku?"

Aku menatap seseorang yang bisa disebut kekasihku. Ya sejak beberapa bulan yang lalu.

"Tentu saja, ada apa bertanya begitu?"

Mata jernih itu bergulir dari jalanan ke arahku, mengernyitkan dahinya. Sedang aku menyandar padanya, tersenyum memandang langit kelabu.

"Tidak ada, jangan meninggalkanku ya."

Tidak lama, usapan aku rasakan di rambutku. Terkikik geli ketika Jimin mulai mengusak wajahnya pada pipi kananku.

"Jimin! Hentikan!"

Yang aku dapatkan adalah tawanya.

Tawa menenangkan yang menjadi candu seumur hidupku. Aku ingin seperti ini, membuatnya tetap tertawa bahagia.




"Selamat ulang tahun Yoongi-ya!"

Mengusap dadaku, terkejut akan kedatangan mendadak Jimin. Hei! Dia bilang ada urusan di luar kota!

"Kau!"

"Apa? Mengapa kau tidak terkejut?"

"Untuk apa?" Mendengus, aku merampas boneka kumamon berwarna hitam kesukaanku yang hampir menyamai tubuhku.

Tanpa sadar sudut bibirku tertarik. "Terima kasih Jimin."

"Apapun untukmu sayang, kemari dan peluk aku."

Tanpa menunggu aku memeluknya, sangat erat. Ah betapa aku menyayangi seorang Park Jimin.






Aku sakit, dan terbaring sendirian di kamarku. Ah bosan sekali!

Jimin...

Ah ya, Jimin bukannya sudah pergi sejak seminggu yang lalu? Aish kapan dia pulang?

Aku menuju ke arah jendela kamarku. Aku tidak tinggal bersama Jimin. Aku sendirian di rumah dengan kakak dan ibuku, tidak seperti Seokjin. Dia tinggal bersama kekasihnya, Namjoon.

Ah lelahnya menunggu Jimin pulang. Tapi aku ingat aku harus selalu menyambutnya dengan baik agar dia selalu tertawa. Dia selalu menyempatkan kemari setelah bekerja di luar kota.

"Jimin?! Kau pulang?"

Aku melihatnya terbaring di kasurku, tersenyum seraya melambai ke arahku.

Berlari kencang dan menghempaskan diri ke kasur, aku memeluknya erat.

"Aku merindukanmu Jimin."

"Aku juga merindukanmu, bagaimana kabarmu?"

"Aku? Tidak baik selama kau pergi. Tega sekali eoh?"

Dia tertawa, tawa yang ingin ku dengar. "Ya aku memang tega, mengapa kau masih menyukaiku kalau begitu?"

"Tidak, aku mencintaimu."

"Wah sudah pandai merayu sekarang? Seokjin mengajarkan yang aneh-aneh padamu?"

"Tidak," Menggeleng pelan, "dia tidak membantu apapun selain memarahiku. Bahkan dia membuatku menangis."

"Jahat sekali, lebih jahat mana denganku?"

Aku menunjuk dadanya, "Kau! Kau kan orang yang paling ku sayang. Jadi sejak kau tinggal pergi ke luar kota aku jadi sakit. Memang kau peduli?"

"Tentu saja aku selalu peduli sayang. Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu?"

Merengut, membelakangi tubuh berototnya, aku memilin seprai kasur. "Kau selalu saja pergi ketika Seokjin tidak bersamaku. Dia berpikir aku gila!"

"Tidak sayang, hei kemari," Aku di hadapkan pada wajahnya yang terlihat lelah. "Sayang, jangan dengarkan mereka. Mereka tidak tahu apa-apa tentang kita. Untuk apa kau peduli?"

Dia memberikanku senyum. Dan aku membalasnya pula. "Jimin, terima kasih. Aku menyayangimu."

Kembali, aku memeluknya erat-erat. Mengusak wajahku pada dada bidangnya sembari menikmati usapan di kepalaku.








Seokjin melihat semuanya dengan tangisan tertahan. Sahabat sekaligus satu-satunya orang terdekatnya, Min Yoongi, menjadi tidak waras karena Jimin pergi.

Tepatnya sudah satu minggu berlalu. Kecelakaan bus yang merenggut nyawa kekasih Yoongi itu terjadi karena rem tidak berfungsi.

Sayangnya Yoongi tidak ingin mendengar semua itu meski sudah di hadapkan dengan tubuh Jimin yang sudah kaku.

Seolah ia ingin hidup di dunianya sendiri. Mengingkari kenyataan dengan berkedok ucapan Jimin yang akan tetap bersamanya.

"Yoong."

Yoongi mendelik, menatap marah pada Seokjin. Ia sedang memeluk boneka kumamon yang diberikan Jimin ketika ulang tahunnya.

"Ada apa?! Ingin mengataiku gila lagi? Kau lihat Jimin? Dia mengataiku gila!"

Hampir ia menangis lagi, tentu saja tidak akan ada tanggapan dari boneka yang Yoongi anggap sebagai Jimin.

"Yoongi-ya ayo kita jalan-jalan. Kita pergi melihat baju atau mobil jika kau mau, aku akan membelikan apapun."

"Kau bohong!!" Tatapan nyalang terus dilontarkan Yoongi pada satu-satunya sahabat yang masih bertahan dengan pribadi barunya.

"Kau ingin membawaku ke rumah sakit jiwa!! Aku tidak gila!!"

Pertahanan Seokjin runtuh, ia menangis. Menghampiri Yoongi yang berubah ketakutan memeluk bonekanya.

"J-jimin di-dia kemari huks tolong aku Jimin."

Yoongi meringsut bersembunyi di belakang boneka pemberian Jimin.

Ia kemudian merasakan bahunya terguncang hebat.

"SADARLAH YOONGI!!! JIMIN SUDAH TIADA! DIA SUDAH MENINGGAL KARENA KECELAKAAN!! Sadarlah Yoong huks ku mohon jangan seperti ini huks sadar Yoongi-ya." Tersedu, Seokjin kembali melakukannya. Mengambil boneka dan membuangnya.

"TIDAK! Jangan buang Jiminku!!"

Menapakkan kakinya di lantai, Yoongi mengambil dan memeluk bonekanya lagi. "Jimin tidak sakit kan? Tidak terluka kan?" Kemudian kepalanya mengangguk seolah ditanggapi.

"Iya, aku tahu. Maka dari itu aku tidak percaya jika kau meninggal. Aku tidak ingin percaya. Kau berjanji untuk selalu bersamaku dan aku percaya kau tidak mengingkari janjimu padaku Jimin. Aku mencintaimu, sangat."




END



Sorry pendek dan chap 10 nya itu buat yg just believe jadi gue taro di chap 11 sorry bgt klo jelek sayangqq N_eels

Happy birthday, panjang umur, sehat terus, jd anak soleha, gak neko2, pinter dan jadi lebih dewasa. Ditunggu lanjutan ff nya sayang 😘

Buat reader yg lain, maafkeun. Gue aja plg jam 10 malem dari kantor eeaakk, sampe rumah tdur jam 10 berangkat lg pas pagi. Jadi capek maaf klo selow updatenya

Sayang kalian

HOLD MY HANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang